Intip Kinerja 7 BUMN yang Asetnya Bakal Dikelola Danantara

Intip Kinerja 7 BUMN yang Asetnya Bakal Dikelola Danantara

Jakarta – Tujuh perusahaan pelat merah akan masuk ke Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). Mereka adalah PT Pertamina (Persero), Mining Industry Indonesia (MIND ID), Perusahaan Listrik Negara atau PT PLN (Persero),  dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

Juga, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Jika digabung total aset tujuh BUMN tersebut, maka dana kelolaan pada tahap awal ini mencapai nyaris Rp9.000 triliun.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, masuknya tujuh perusahaan ke dalam BP Danantara menjadi sinyal positif atas kinerja Kementerian BUMN. Artinya, ke tujuh BUMN ini memiliki kinerja solid sehingga masuk dalam kelolaan BP Danantara.

“Bayangkan net profit itu dari Rp13 triliun naik ke Rp327 triliun sehat tidak? Konsolidasi sehat tidak? Sehat. Makanya kalau sehat, bisa dividen sampai Rp90 triliun, berarti sehat. Kalau tidak sehat tidak mungkin dividen,” jelasnya dikutip 24 Februari 2025.

Jika menilik laporan keuangan tujuh BUMN tersebut, rerata perusahaan memiliki kinerja keuangan yang sehat dan mencetak laba jumbo.

Infobanknews telah merangkum kinerja keuangan terakhir ketujuh perusahaan BUMN yang asetnya dikelola Danantara. Berikut ringkasannya:

BRI

Jika dilihat kinerja keuangan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil mencetak laba bersih secara konsolidasian sebesar Rp60,64 triliun sepanjang 2024. Angka ini tumbuh 0,36 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibanding 2023 yang sebesar Rp60,42 triliun.

Baca juga : Perebutan Laba Bank Kakap, BRI Mulai “Kelelahan”?

Adapun laba bank only tercatat mencapai Rp54,84 triliun pada 2024, naik 3,17 persen ketimbang 2023 yang sebesar Rp53,15 triliun.

Mengutip laporan keuangan yang dipublikasikan di media massa, 12 Februari 2025, perolehan laba bank yang dipimpin Sunarso sebagai direktur utama ini didorong oleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp142,06 triliun di 2024, dibandingkan tahun sebelumnya Rp137,40 triliun atau naik 3,38 persen.

Dari sisi intermediasi, BRI berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp1.354,64 triliun. Dari angka tersebut, sebanyak Rp1.110, 37 triliun disalurkan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Menutup 2024, total aset BRI sebesar Rp1.992,98 triliun, tumbuh 1,42 persen dibanding 2023 lalu yang sebesar Rp1.965,00 triliun.

Bank Mandiri

Berdasarkan laporan keuangannya, Bank Mandiri membukukan laba bersih Rp55,8 triliun sepanjang 2024. Angka ini naik 1,31 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp55,06 triliun.

Raihan laba ini ditopang oleh kinerja intermediasi, di mana Bank Mandiri mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp1.671 triliun, meningkat signifikan hingga 19,5 persen yoy.

Pertumbuhan ini terutama didorong oleh segmen wholesale, yang mencapai Rp913 triliun atau naik 25,5 persen yoy.

Baca juga : Bank Mandiri Masuk Daftar Perusahaan Terbaik di Asia Pasifik 2025 versi TIME

Adapun, rasio pencadangan atau coverage ratio Bank Mandiri berada di level 304 persen pada akhir 2024, menunjukkan komitmen perseroan dalam menjaga stabilitas keuangan dan mitigasi risiko kredit.

Sementara itu, total aset Bank Mandiri juga meningkat 11,63 persen yoy, mencapai Rp2.427,22 triliun pada akhir 2024.

BNI

BNI berhasil mencetak laba bersih Rp21,5 triliun sepanjang 2024. Raihan laba ini tumbuh sekitar 2,7 persen year on year (yoy).

Dari sisi intermediasi, lanjut Royke, BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp775,87 triliun, tumbuh 11,6 persen yoy di tahun 2024. 

Pertumbuhan kredit ini didukung oleh segmen korporasi yang naik 17,6 persen dan konsumer yang meningkat 14,5 persen.

Perusahaan anak usaha BNI juga mencatatkan pertumbuhan kredit signifikan sebesar 79,7 persen yoy dengan profitabilitas tetap terjaga.

Baca juga : Fundamental Solid, BNI Siap Bersaing dan Terus Berinovasi

Adanya pertumbuhan kredit yang sehat dibarengi oleh efisiensi operasional, pendapatan sebelum pencadangan atau Pre-Provisioning Income (PPOP) mampu menunjukkan perbaikan.

BNI juga telah melakukan pembentukan CKPN secara memadai selama 2024. Ini tercermin dari Loan at Risk Coverage yang mencapai 48,8 persen serta NPL coverage yang terjaga di level 255,8 persen. 

Dengan pertumbuhan kredit yang sehat dan didukung Dana Pihak Ketiga (DPK) yang kuat terutama dari pertumbuhan tabungan ritel, BNI mampu menjaga rasio Net Interest Margin (NIM) 2024 di level 4,2 persen. Adapun per Desember 2024, aset BNI tembus Rp1.129,8 triliun.

PLN

Hingga Oktober 2024, PLN berhasil mencetak laba bersih Rp50,1 triliun. Raihan laba ini tumbuh 25,3 persen dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2024 yang dipatok Rp40 triliun. 

Kenaikan pendapatan tersebut seiring dengan lonjakan penjualan energi listrik sepanjang 2024. Sementara itu, EBITDA perseroan mencapai Rp 94,7 triliun, atau lebih tinggi 17 persen dari RKAP Oktober 2024 Rp80,9 triliun. 

Cash flow operasional perusahaan juga naik menjadi Rp32,3 triliun dibanding periode serupa tahun sebelumnya Rp18,1 triliun. Sementara itu, total aset PLN hingga Oktober 2024 mencapai Rp1.714,7 triliun. 

Pertamina

PT Pertamina (Persero) sukses mengantongi laba bersih USD2,66 miliar atau setara Rp 43,3 triliun (kurs Rp16.307 per dolar AS) hingga Oktober 2024. Laba ini ditopang oleh capaian pendapatan perseroan hingga Oktober 2024, yakni USD62,5 miliar atau setara Rp1,01 triliun.

Sementara itu, pada periode 2020 hingga akhir 2023, aset Pertamina tumbuh signifikan hingga 32 persen, yakni menjadi USD91,1 miliar atau setara Rp1.390 triliun pada akhir 2023.

Telkom Indonesia

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) telah membukukan laba bersih sebesar Rp11,76 triliun. Raihan laba bersih ini susut 7,8 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp12,75 triliun di semester I 2024.

Dalam laporan keuangan yang dirilis melalui keterbukaan informasi pada Senin, 29 Juli 2024, perolehan laba bersih Telkom tersebut ditopang oleh pendapatan yang tercatat Rp75,29 triliun hingga semester I 2024 atau naik 2,47 persen dari tahun sebelumnya Rp73,47 triliun.

Rinciannya, pendapatan telepon sebesar Rp3,56 triliun. Kemudian, pendapatan interkoneksi berkontribusi sebesar Rp4,84 triliun atau meningkat 8,58 persen secara tahunan. 

Lalu pendapatan data, internet dan jasa telekomunikasi informatika mencapai Rp47,11 triliun. Selanjutnya, pendapatan jaringan dan IndiHome masing-masing menyumbang Rp1,53 triliun dan Rp12,97 triliun.

Menutup pertengahan 2024, Telkom Indonesia mencatatkan total aset Rp285,99 triliun, dengan rincian liabilitas sebesar Rp138,71 triliun dan ekuitas tercatat senilai Rp147,27 triliun. 

MIND ID

BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID menorehkan laba bersih sebear RpRp28,18 triliun di periode Januari hingga September 2024. Jumlah ini naik 68,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di angka Rp18,31 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024, MIND ID mencetak pendapatan Rp99,82 triliun, tumbuh 19,6 persen dari posisi tahun sebelumnya di level Rp83,45 triliun.  

Adapun, beban pokok pendapatan milik MIND ID sebesar Rp85,43 triliun hingga akhir September 2024. Pencatatan itu naik cukup signifikan dari posisi tahun sebelumnya di level Rp69,66 triliun.

Sementara itu, hingga Desember 2024, total aset MIND ID naik sebesar 13 persen menjadi Rp 259,2 triliun. Kemudian, disusul kenaikan ekuitas sebesar 18 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp129,6 triliun. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

Top News

News Update