Jakarta – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memandang, pandemi virus corona atau Covid-19 akan menurunkan pertumbuhan ekonomi, namun tanpa upaya sigap dari pemangku kebijakan untuk selamatkan nyawa penduduk Indonesia, maka optimisme perekonomian tidak akan pernah datang.
Oleh karena itu, Indef menghimbau kepada Pemerintah dan para pemangku kepentingan ekonomi untuk secara bersama-sama mengalokasikan sumber daya secara optimal menangani masalah kesehatan ini untuk menentukan jalannya roda perekonomian ke depan.
“Pemerintah dapat melakukan stimulus dari sisi makro salahsatunyameningkatkan likuiditas terhadap perbankan, agar pembiayaan tidak terhambat,” ujar Kepala Center of Macroeconomics and Finance Indef M. Rizal Taufikurohman ketika di Jakarta, Selasa 24 Maret 2020.
Selain itu, Pemerintah juga harus memastikan kebijakan moneter untuk merespon kondisi ekstrim pasar guna menstabilkan nilai tukar dan ekonomi. Pemerintah juga diimbau untuk memberikan stimulus fiskal yang efektif dalam menanggulangi pendapatan rumah tangga yang rentan ke dalam kemiskinan.
Anjuran pemerintah agar masyarakat melakukan kegiatan bekerja, belajar dan beribadah dari rumah mendorong masyarakat untuk melakukan pembelian sembako secara masif guna memenuhi persediaan hingga beberapa waktu mendatang.
Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) per 23 Maret 2020, beberapa komoditas bahan pokok mengalami kenaikan harga yang signifikan dalam sebulan terakhir dan kenaikan sejak awal tahun (year to date/ytd).
Kenaikan harga bahan pokok antara lain gula pasir lokal 18,71% (ytd 31,2%), gula pasir kualitas premium 10,68% (ytd 15,54%), bawang putih naik 36% (ytd), bawang merah 5,56% (ytd 4,57%), cabai rawit merah 18,11% (ytd 2,74%). Sementara itu, harga kebutuhan pokok lainnya seperti beras, daging ayam, daging sapi, telur ayam, dan minyak goreng relatif stabil.
Oleh karena itu, untuk meredam lonjakan harga pangan, langkah pertama yang harus ditempuh pemerintah adalah memetakan secara akurat stok pangan nasional secara real time. Dimana pemetaan stok dan harga pangan harus lebih intensif lagi sehingga dapat mendeteksi dini wilayah di mana saja yang beresiko terjadi rawan/krisis pangan. (*)
Editor: Rezkiana Np