Infobank Outlook 2016 Prediksi, Ekonomi Tumbuh 4,9% – 5,4%

Infobank Outlook 2016 Prediksi, Ekonomi Tumbuh 4,9% – 5,4%

Jakarta–Kondisi ekonomi global tetap tidak menentu. Penundaan kenaikan The Federal Reserve (The Fed) menimbulkan ketidak-pastian bagi perekonomian global. Perang mata uang antar Negara berlangsung diam-diam namun pasti. Kondisi ini akan berlangsung hingga Amerika Serikat (AS) memastikan menaikan suku bunganya.

Sebagian besar ekonom memperkirakan peningkatan The Fed Funds Rates di akhir tahun 2015, dan paling lambat pada awal 2016. Tiongkok yang selama ini menjadi Negara dengan pertumbuhan ekonomi double digit, kini mencatat pertumbuhan terendah, dan secara tak terduga melakukan devaluasi terhadap mata uangnya agar daya saingnya perdagangan meningkat.

Pemimpin Redaksi Majalah Infobank, Eko B. Supriyanto  mengatakan, ekonomi Indonesia boleh jadi agak ajaib, ketika ekonomi AS remuk di tahun 2007/2008, Indonesia kena imbasnya, dan, ketika ekonomi AS membaik, Indonesia juga kena pengaruh buruknya, struktur ekonomi Indonesia inilah yang perlu dirombak.

Kendati melambat, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 4,9% pada tahun ini dapat dikatakan sudah bagus, mengingat infrastruktur dan belanja Negara yang diharapkan mengucur deras pada September 2015 ini masih belum ada tendangannya. Sementara penerimaan pajak masih dalam tanda tanya besar.

Kompleksitas masalah meningkat. Soal Produk Domestik Bruto (PDB), ancaman El Nino, ekspor yang menurun dan kredit yang melandai serta target pajak yang sulit dicapai dan belanja modal yang minim menjadi tekanan terhadap PDB. Bahkan, defisit neraca pembayaran juga mengangga. Ancaman itu bersumber dari penurunan PDB, ekspor, risiko penurunan ekonomiTiongkok dan rendahnya harga komoditas.

Ancamana inflasi akibat kenaikan harga tarif listrik, nilai tukar, El Nino dan Bahan Bakar Minyak (BBM) juga menyertai perekonomian Indonesia. Kekeringan dan efek asap telah menurunkan aktifitas di daerah bencana dan daerah-daerah pertanian. Larinya dana asing dan seretnya capital inflow melengkapi kerawanan ekonomi Indonesia.

“Lebih menjadi perhatian lagi, daerah-daerah yang selama ini “gemah ripah loh jinawi” alias makmur, seperti Riau dan Kalimantan Timur serta Aceh mengalami pertumbuhan yang memasuki zona merah. Juga, Papua Barat yang juga merah. Wajar saja karena daerah ini menggantungkan dari komoditi batubara dan kelapa sawit. Sementara daerah-daerah di Sulawesi masih zona hijau artinya masih tetap tumbuh dengan baik, termasuk di Jawa kendati mengalami sedikit penurunan” terang Eko.

Kelesuan ekonomi yang menimbulkan kecemasan ke seluruh lapisan masyarakat tentu akan menularkan pesimisme ke segala bidang, termasuk politik, popularitas terutama presiden yang sebelumnya mempunyai ekspektasi sangat tinggi kini terus merosot, sehingga terjadi merosotnya kredibilitas kebijakan.

Dalam situasi seperti itu, lanjut Eko, pemerintah pun membuat terobosan yang dinilai bagus. Terobosan yang disebut Paket Kebijakan yang intinya membuka seluas-luasnya akses ekonomi, kemudahan investasi dan perizinan, pelonggaran kredit hingga masalah perpajakan.

Paket-paket kebijakan tersebut dinilai sangat bagus untuk jangka menengah panjang. Untuk jangka pendek boleh jadi Paket ke tiga dan empat terutama subsidi bunga bagi nasabah Kredi Usaha Rakyat (KUR). Paket ketiga penurunan harga BBM dan keringanan tarif listrik bisa jadi langsung dirasakan oleh masyarakat. Biro Riset InfoBank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 berada kisaran 4,9%-5,4%.(*) Apriyani Kurniasih

Related Posts

News Update

Top News