Batam – Bank Indonesia (BI) bersama dengan pemerintah pusat dan daerah terus mendorong dan membenahi sektor martim agar dapat berkembang. Hal ini sejalan dengan besarnya kontribusi sektor maritim pada defisit neraca jasa.
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Juda Agus, berdasarkan datanya, saat ini sektor maritim telah menyumbang 80% defisit neraca jasa. Oleh sebab itu, defisit neraca jasa harus dapat ditekan.
“Arti penting bagi BI adalah kita tahu bahwa defisit neraca jasa itu 80% nya disumbang oleh sektor Maritim. Jadi memang defisit ini sudah berlangsung bertahun-tahun,” ujar Juda di Batam, Kamis malam, 11 Agustus 2016.
Dia mengatakan, penyebab tingginya kontribusi sektor martim ke defisit neraca jasa, lantaran masih banyaknya penggunaan jasa asing di sektor Maritim. Seperti penyewaan kapal asing, leasing kapal asing. asuransi kapal asing dan sewa crain dari pihak asing.
“Paling besar itu untuk sewa kapal asing kontribusinya, sekitar 40%. Tentu ini menjadi agenda yang akan dibicarakan bagaiaman menyikapi neraca jasa ini, yaa paling tidak berkuranglah,” tukas Juda.
Dia mengaku, kendati defisit neraca jasa mengalami penurunan pada tahun lalu, namun kata dia, angkanya saat ini masih defisit besar. Menurutnya, pada 2014 defisit neraca jasa mencapai US$12 miliar dan menurun di 2015 menjadi US$8,3 miliar.
“Kalau membaik tentu ini berdampak postif ke neraca pembayaran. Khususnya transaksi berjalan. Untuk neraca barang kita selalu surplus, tapi jasanya selalu defisit, ini yang penting dari kacamata BI. Kita negara maritim jangan sampai mengalami defisit di sektor maritim,” tutupnya. (*)