Indonesia (Salah Satu) Raja Pulp and Paper Dunia

Indonesia (Salah Satu) Raja Pulp and Paper Dunia

Oleh Cyrillus Harinowo, Komisaris Independen Bank Central Asia

INDONESIA merupakan negara kepulauan yang masih banyak dikaruniai lahan hutan. Sebagian lahan tersebut pelan-pelan dikonversi menjadi lahan hutan tanaman industri (HTI) yang merupakan sumber bahan baku penting bagi industri bubur kertas (pulp) dan kertas. Kekayaan sumber daya alam inilah yang pada akhirnya menjadi modal penting ketika para pengusaha Indonesia mulai mengembangkan industri pulp dan kertas dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Dewasa ini, industri pulp dan kertas yang menggunakan bahan baku kayu dari HTI ini bahkan sudah berkembang menjadi raksasa sehingga pada akhirnya muncul perusahaan Indonesia yang mulai menjadi pemimpin industri pulp dan kertas di pasar global. Hasil produksi industri ini sebagian besar diekspor, dan sebagian lagi untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.

Ditambah lagi, saat ini, Indonesia juga merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk besar, yaitu nomor empat di dunia. Hal ini membuat Indonesia menjadi pasar pengguna produk kertas untuk berbagai keperluan konsumsi. Dengan kondisi tersebut, Indonesia pun pada akhirnya menjadi sumber bahan baku industri kertas dan pulp dengan menggunakan bahan baku kertas dan karton bekas (daur ulang).

Jumlah perusahaan kertas dan pulp yang menggunakan bahan baku daur ulang ternyata lumayan banyak. Sehingga, secara keseluruhan, produksi mereka lumayan besar untuk bisa berkontribusi dalam pemenuhan bahan baku produk kemasan karton yang ditujukan bagi para pengguna di pasar domestik.

Baca juga: Potensi Ekonomi Daur Ulang Sampah Plastik Sentuh Rp100 Miliar

Industri Kertas dan Bubur Kertas (Pulp) Daur Ulang

Di kawasan tidak jauh dari Bandara Soekarno-Hatta, beberapa tahun yang lalu, saya mengunjungi sebuah pabrik. Pabrik tersebut menurut saya menarik. Halaman pabrik dipenuhi dengan “sampah” berupa karton dan kertas bekas. Entah dari mana saja sumbernya.

Di pabrik tersebut, kertas dan kardus bekas diolah kembali menjadi bubur kertas atau pulp. Warna bubur kertas tersebut cokelat. Bubur kertas tersebut kemudian diproses kembali melalui mesin yang berlapis-lapis, sehingga hasil akhirnya berupa gulungan kertas karton.

Saya waktu itu melihat tumpukan gulungan kertas karton yang ada di gudang penyimpanan dan siap dikirim. Kertas karton tersebut akan diproses oleh perusahaan pembuat kemasan menjadi karton kemasan dengan berbagai macam ragamnya yang banyak dibutuhkan industri makanan, obat-obatan, industri elektronik maupun perusahaan lainnya.

Menariknya, pabrik yang saya ceritakan tersebut merupakan pabrik yang dibangun kembali dari sebuah pabrik pulp dan kertas yang berasal dari Napoli, Italia, yang kemudian dibongkar dan dikirim secara terurai dengan menggunakan puluhan kontainer. Suatu proses yang tidak bisa saya bayangkan, dari berbagai komponen pabrik tersebut akhirnya disusun kembali dan berdirilah pabrik di kawasan Cengkareng itu.

Jika masih hidup, pabrik tersebut dewasa ini pasti bersaing ketat dengan pabrik yang berasal dari Tiongkok yang bekerjanya jauh lebih efisien karena menggunakan teknologi yang lebih muda. Yang jelas, pabrik tersebut selama hidupnya telah berkontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja dan penyediaan bahan baku untuk pembuatan karton kemasan.

Berdasarkan laporan dari Kementerian Perindustrian Indonesia, dewasa ini terdapat 57 perusahaan pulp dan kertas yang menggunakan bahan baku kertas daur ulang. Seluruh pabrik tersebut memiliki kapasitas yang cukup besar, yaitu 14,5 juta ton kertas per tahun, sementara pabrik pulp dengan menggunakan bahan baku daur ulang tersebut memiliki kapasitas sebesar 1,4 juta ton.

Pada 2024 yang lalu, pabrik dengan kapasitas sebesar itu menghasilkan 7 juta ton kertas dengan memanfaatkan bubur kertas yang berbahan baku dari daur ulang namun juga dengan tambahan bahan baku dari bubur kertas yang menggunakan bahan baku dari virgin forest. Tambahan ini diperlukan untuk melengkapi serat (fiber) yang dibutuhkan.

PT OKI Pulp and Paper

Cerobong asap dari pabrik tersebut menjulang tinggi. Demikian juga gedung pembangkit di sampingnya. Pembangkit listrik di tempat tersebut sebagian besar menghasilkan energi terbarukan karena untuk pembangkitan tenaga listrik tersebut bahan bakar yang dipergunakan adalah berupa biomassa yang berasal dari limbah akasia.

Pohon akasia merupakan bahan baku untuk pembuatan bubur kertas di perusahaan tersebut. Dengan dihasilkannya limbah dari proses tersebut, maka limbah akasia pun bisa menjadi bahan bakar pembangkit listrik dengan kapasitas 4 x 125 MW.  

Listrik yang diproduksi perusahaan tersebut pada akhirnya dimanfaatkan sebagai sumber penerangan dan juga sebagai sumber penggerak mesin-mesin pembuatan pulp maupun kertas tisu. Pabrik tersebut merupakan salah satu pabrik pulp and paper terbesar di dunia, yang dikembangkan oleh PT OKI Pulp and Paper, yang berlokasi di Musi Banyu Asin, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.

PT Oki Pulp and Paper merupakan salah satu unit usaha dari Group Pulp dan Kertas APP (Asia Pulp and Paper) yang awalnya merupakan bagian dari Group Sinar Mas. Di dalam grup tersebut terdapat perusahaan pulp dan kertas lainnya, seperti PT Indah Kiat, PT Ciwi Kimia, dan PT Papirus Lontar.

Perusahaan tersebut mengawali bisnis pulp dan kertasnya di Provinsi Riau sebelum berkembang ke tempat-tempat lain. Sekarang ini, grup tersebut sudah memiliki banyak unit usaha di luar negeri, terutama di Tiongkok. Selain di Tiongkok, terdapat pula di Amerika Serikat (AS), Kanada, Eropa, dan tempat-tempat lainnya.

Secara keseluruhan, grup kertas dan pulp tersebut akan memiliki kapasitas produksi bubur kertas sebesar lebih dari 10 juta yang menempatkan grup perusahaan tersebut sebagai pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia. Bersaing ketat dengan perusahaan dari Brasil, Suzano Papel e Celulose (Suzano Paper and Pulp) maupun juga perusahaan dari AS yaitu International Paper.

Baca juga: Perusahaan Ini jadi Pionir Implementasi SNI Resin PET Daur Ulang 

Riau Andalan Pulp and Paper

Indonesia juga memiliki perusahaan pulp dan kertas yang lain selain Asia Pulp and Paper. Perusahaan tersebut adalah PT Riau Andalan Pulp and Paper yang memiliki pabrik dan berlokasi di Provinsi Riau.

Saya pernah mengunjungi pabrik tersebut sebelum tahun 2000. Saat ini tentunya telah mengalami perubahan yang sangat besar. Berdasarkan informasi, perusahaan tersebut memiliki kapasitas sebesar 4 juta ton pabrik bubur kertas, sementara untuk pabrik kertasnya memiliki kapasitas sebesar 1,2 juta ton per tahun.

PT Riau Andalan Pulp and Paper merupakan bagian dari grup pabrik kertas yang lebih besar, yaitu APRIL (Asia Pacific Resources Industry Limited) yang memiliki beberapa unit usaha. Saat ini, dengan hasil seluruh produksi dari seluruh unit usahanya, APRIL telah berhasil menempatkan diri sebagai peserta kedua dalam industri pulp and paper di Indonesia.

APRIL memiliki perusahaan induk yang memiliki berbagai unit usaha di luar pulp and paper. Perusahaan induk tersebut bernama Raja Garuda Emas atau dalam bahasa Inggris, Royal Golden Eagle.

Berdasarkan laporan dari Kementerian Perindustrian Indonesia, total seluruh kapasitas pabrik pulp yang mengunakan bahan baku dari HTI dewasa ini telah mencapai 12,69 juta ton per tahun, dan menempatkan Indonesia menjadi produsen bubur kertas nomor tujuh di dunia. Sementara itu, dari sisi pabrik kertas, saat ini kapasitas yang kita miliki untuk pabrik kertas adalah sebesar 21,19 juta ton per tahun dan menempatkan Indonesia sebagai produsen kertas nomor enam di dunia.

Dari hasil produksi di 2024, Indonesia berhasil membukukan produksi setahun sebesar 8,12 juta ton bubur kertas per tahun, sedangkan dari sisi pabrik kertas kita telah menghasilkan 10,47 juta ton kertas. Sekarang ini terdapat enam perusahaan pulp dan puluhan pabrik kertas yang beroperasi di Indonesia.

Melihat perkembangan yang terjadi, ternyata Indonesia sudah tampil dengan gagah dalam industri pulp dan kertas dalam persaingan industri ini di dunia. Industri bubur kertas (pulp) dan kertas ini pun masih cerah di tahun-tahun mendatang dengan dilanjutkannya ekspansi industri ini di berbagai wilayah. (*)

Related Posts

News Update

Netizen +62