Davos – Paviliun Indonesia di ajang World Economic Forum (WEF) 2022 di Davos, Swiss resmi dibuka pada Selasa (23/5). Acara ini dinilai jadi ajang untuk memperkenalkan kepada dunia akan peluang investasi di Indonesia yang terus semakin membaik.
“Sejak tahun 2021 Indonesia sudah berbenah dengan memangkas berbagai regulasi, dari 79 undang-undang dijadikan sebagai undang-undang Omnibuslaw, semua dilakukan dalam rangka memberikan kepastian bagi dunia usaha dengan kecepatan, transpraransi dan efesien” kata Menteri Investasi Bahlil Lahadia usai membuka acara Indonesia Pavilion di Davos Swiss, dikutip Selasa, 23 Mei 2022.
Menurutnya, dahulu banyak para pengusaha dalam maupun luar negeri mempertanyakan tentang kepastian pengurusanan perizinan dan kepastian hukum yang dinilai masih sangat rumit. Bahlil mengungkapkan saat ini untuk perizinan diurus oleh negara, sehingga perubahan investasi naik signifikan dan pada 2022 pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai 30% dari kontribusi ekonomi serta investasi yang tumbuh sebesar 4%.
Dalam gelaran WEF kali ini, Bahlil juga menyampaikan saat ini pemerintah Indonesia fokus pada kebijakan regulasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya terkait investasi hijau dan Energi Baru Terbarukan (EBT). Bahlil menegaskan perlunya kerja sama antar negara dalam rangka menyelesaikan permasalahan global, khususnya terkait isu lingkungan.
“Kalau kita ingin menyelesaikan permasalahan global dalam konteks investasi hijau dan EBT, harus adanya pemahaman yang sama dan kolaborasi. Tidak boleh ada satu negara yang merasa lebih hebat dibanding negara lain. Karena itu adalah kunci kolaborasi untuk mensukseskan misi program besar global maupun masing-masing negara,” ujar Bahlil.
Acara peresmian Indonesia Pavilion ini ditandai dengan pemotongan pita yang dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia, Menteri Komunikasi dan Informastika Johnny G. Plate, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri ESDM Arifin Tasrif serta Duta Besar RI untuk Swiss, Muliaman Darmansyah Hadad.
Pada tahun 2022, Indonesia akan kembali berpartisipasi dalam acara tahunan World Economic Forum (WEF) yang akan dilaksanakan pada 22-26 Mei 2022 di Davos, Swiss. Indonesia Pavilion diselenggarakan oleh Kementerian Investasi/BKPM, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta dukungan kuat dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Indonesia at Davos akan dikemas dengan dua kegiatan utama yaitu “Indonesia Pavillion” dan “Indonesian Night”. Serangkaian acara akan disusun dalam bentuk pameran, pertunjukan budaya, dan lokakarya, dengan menghadirkan keragaman ciri khas budaya dan produk Indonesia untuk ditampilkan ke pasar global.
Adapun Indonesia Night akan memberikan kesempatan bagi para tamu undangan untuk menyaksikan secara langsung pertunjukan kekayaan budaya dan warisan kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Sementara Indonesia Pavillion akan mengumpulkan para pejabat senior pemerintah, pengusaha terkemuka dan tokoh-tokoh dari seluruh dunia untuk berdiskusi bersama menuju percepatan transformasi ekonomi di Indonesia.
Indonesia Pavilion ini merupakan gelaran empat hari yang dilangsungkan bersamaan dengan penyelenggaraan WEF Annual Meeting 2022, yang akan berisikan sesi-sesi untuk para menteri yang hadir di Davos, workshop atau talkshow oleh kementerian/lembaga/swasta nasional, dan pameran.
Tema- tema lain yang dikupas pada sesi-sesi khusus selanjutnya di Indonesia Pavilion antara lain Outlook Ekonomi Indonesia dan Presidensi G20, Pertumbuhan Ekonomi Digital, strategi Pertumbuhan Ekonomi Pasca Covid-19 dan Forum Invetasi dan Bisnis B20. Selain sesi-sesi diskusi, pada hari kedua juga diselenggarakan Indonesia Night yang merupakan kesempatan untuk menampilkan budaya, kuliner, dan kesenian Indonesia serta menjadi ajang untuk menjalin networking.World Economic Forum Annual Meeting merupakan konferensi tingkat tinggi yang dihadiri oleh beberapa kepala negara, pimpinan perusahaan global, pemimpin organisasi politik, penemu-penemu di bidang sains dan kebudayaan dari 90 negara. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra