Jakarta–Dengan kekurangan jumlah hunian yang banyak di segmen perumahan murah dan pasar rumah mewah yang makin dikenal, Indonesia merupakan sebuah hotspot bagi para investor. Demikian diungkapkan dalam laporan terbaru dari Lamudi.
Indonesia dengan negara berpenduduk nomor empat terbanyak di dunia dengan jumlah penduduk lebih dari 255 juta merupakan potensi. Demografinya didominasi oleh penduduk berusia muda, dengan lebih dari setengah populasi berusia di bawah 30 tahun, dan usia ini merupakan usia seseorang pertama kalinya membeli properti. Ini memberikan pasar yang besar bagi real estate dan juga produk konsumen. Selain itu, Indonesia kini juga tengah bertransformasi menjadi negara dengan penghasilan menengah, maka akan terdapat pasar properti yang cukup besar.
Bangunan komersial baru sedang banyak dibangun, diantaranya, Signature Tower yang konstruksinya baru dibuat dan akan selesai pada 2021, akan dibangun setinggi 638 meter. Tower ini akan menjadi penunjang reputasi Indonesia dalam pasar properti mewah. Investor mencari keuntungan komersial yang besar dari properti tersebut, terutama proyek yang dapat terus berlanjut di Jakarta. Populasi individu yang memakai internet pun diharapkan berkembang hingga 132% dengan jutawan diharapkan berkembang hingga 130%.
“Investor mengetahui bahwa pemukiman dengan harga yang terjangkau akan memberi keuntungan yang besar. Data statistik terakhir menunjukkan kekurangan hunian sebanyak 13,5 juta unit. Investor yang ingin bekerja sama dengan pemerintah Indonesia akan sangat dihargai” ucap Managing Director Lamudi, Steven Ghoos, mengacu pada Laporan Pasar Real Estate 2015.
Teknologi baru di negara ini juga memberikan dampak yang sangat besar, di berbagai sektor, termasuk real estate. Dengan penetrasi internet berada di angka 34,9, ada pergeseran ke bisnis mobile dan bisnis online.
Ken Research mengatakan, portal properti online menjadi sangat penting untuk masyarakat dalam membeli, menjual atau menyewakan residensial, area komersial, retail dan tipe properti lainnya.
“Kini masyarakat beralih ke cara online dalam mencari suatu produk dan jasa, karena mereka dapat mencari ratusan alternatif dengan transparan dan lebih efisien” ujar Gosh. (*)