Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyoroti fakta bahwa Indonesia masih mengimpor produk hijab dari China. Padahal, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya mampu memenuhi kebutuhan hijab dari produksi dalam negeri.
Awalnya, Perry menyampaikan bahwa BI memiliki tiga jurus utama untuk mendorong ekonomi dan keuangan syariah. Pertama, memperkuat industri perbankan berbasis syariah.
“Alhamdulillah kita dirikan BSI (Bank Syariah Indonesia). One of the biggest perbankan di Indonesia. Tapi mari bersama kita, perbanyak penumpangnya (nasabah syariah),” kata Perry dalam Sarasehan Ekonom Islam Indonesia, Kamis, 15 Mei 2025.
Baca juga: Bos OJK Ungkap Dua Bank Syariah Baru Segera Hadir, Aset Hampir Setara BSI
Kedua, BI membangun jaringan dengan para kiai untuk meningkatkan pembiayaan keuangan syariah. Salah satunya dengan mendorong kewirausahaan di pondok pesantren (ponpes), seperti produksi pangan dan fesyen hijab yang dapat diekspor hingga dikenal di pasar internasional.
Perry lantas menyinggung bahwa ketergantungan pada impor hijab dari China perlu dikurangi. Ia menyebut bahwa produk hijab seharusnya dapat diproduksi secara melimpah di dalam negeri, termasuk di daerah seperti Tasikmalaya.
“Mosok kita hijab impor dari China, di Tasikmalaya banyak. Di mana-mana pun juga banyak, Dan produk-produk makanan. UMKM wastra (tekstil dan produk tekstil) adalah fokus yang utama kita,” imbuhnya.
Baca juga: Jelang Lebaran, Pedagang Tanah Abang Raup Cuan Jutaan Rupiah
Ketiga, Perry menambahkan, BI secara rutin juga mengadakan festival ekonomi syariah untuk meningkatkan literasi keuangan syariah di tiga wilayah domestik dan internasional setiap tahunnya. (*)
Editor: Yulian Saputra










