Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam BRICS memiliki peran strategis yang cukup signifikan.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam rangkaian lawatan kerja ke Brasil, Airlangga turut mendampingi Presiden Prabowo Subianto menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 yang digelar di Museum of Modern Art (MAM), Rio de Janeiro, Brasil.
Airlangga menjelaskan, sebelum mengalami perluasan keanggotaan, BRICS merepresentasikan sekitar 34 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) global dengan nilai sebesar USD28 triliun.
Setelah bergabungnya Indonesia bersama negara-negara anggota baru lainnya, BRICS kini mencakup 40 persen dari PDB dunia dan merepresentasikan sekitar 56 persen populasi global.
“Jadi ini ekonominya terus bertambah, dan kalau kita lihat berdasarkan purchasing power parity, ini juga BRICS itu sudah lebih tinggi daripada G7. Jadi ini yang mendorong bahwa BRICS menjadi bagian daripada Global South dan diharapkan bisa menyuarakan Global South di fora internasional,” ungkap Airlangga dalam keterangan resmi.
Baca juga: Trump Ancam Naikkan Tarif 10 Persen ke Negara BRICS Termasuk Indonesia
Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto juga menegaskan komitmen Indonesia dalam mendukung perdamaian dunia melalui pendekatan multilateralisme dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip hukum internasional.
Presiden Prabowo juga menyatakan penolakan terhadap perang dan penggunaan standar ganda dalam tatanan global, serta mendorong reformasi sistem multilateral dan peningkatan keterwakilan negara-negara Global South dalam tata kelola global, khususnya pada institusi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Bapak Presiden juga menegaskan menolak perang dan juga penggunaan standar ganda. Dan Bapak Presiden sejalan dengan hampir dari seluruh peserta mendorong reformasi multilateral dan keterwakilan Global South dalam tata kelola global, khususnya dalam institusi seperti PBB dan didorong agar kepemimpinan BRICS dapat mendorong kepemimpinan multilateral yang lebih adil,” ucap Airlangga.
Harapan untuk Kepemimpinan BRICS dan Spirit Bandung
Selanjutnya, Presiden Prabowo juga menyampaikan harapan agar kepemimpinan BRICS dapat menjadi katalis dalam menciptakan multilateralisme yang lebih adil.
“Bapak Presiden menegaskan hubungan terhadap Palestina dan secara khusus untuk mengingatkan Bandung Spirit agar bisa dibawa dalam forum, dilanjutkan dalam forum BRICS tersebut,” lanjut Airlangga.
Baca juga: Indonesia Dapat Undangan Khusus ke KTT G7, Prabowo Diminta Hadir
Airlangga menekankan bahwa Presiden Prabowo Subianto menyoroti urgensi untuk menghidupkan kembali multilateralisme di tengah konstelasi global yang semakin multipolar.
Presiden Prabowo turut mendorong peningkatan kerja sama ekonomi dial antara negara-negara Global South serta optimalisasi pemanfaatan peran New Development Bank (NDB).
“Ini kemitraan ekonomi negara berkembang menjadi sangat penting dan diharapkan bahwa pemanfaatan dari New Development Bank bisa ditingkatkan. Kita tahu bahwa dilaporkan tadi dalam New Development Bank itu ada beberapa proyek yang sedang ditangani, antara lain clean energy project, kemudian infrastruktur, kemudian juga beberapa proyek yang terkait dengan sustainability dan green. Saat sekarang ditangani 120 proyek dan nilainya sekitar 39 bilion,” ujarnya.
Komitmen Indonesia dalam New Development Bank
Di samping itu, Airlangga juga menyampaikan bahwa Indonesia telah menyatakan komitmennya untuk berpartisipasi secara aktif dalam NDB tersebut.
Keterlibatan dalam NDB dinilai strategis guna membuka akses pembiayaan pembangunan yang mendukung agenda transformasi hijau dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca juga: Pengumuman! RI Tetap Kena Tarif Trump 32 Persen, Berlaku 1 Agustus 2025
Pertemuan tingkat tinggi BRICS tersebut menghasilkan sejumlah kesepakatan strategis yang tertuang dalam Leaders’ Declaration, antara lain:
- Komitmen untuk memperkuat multilateralisme dan mendorong reformasi tata kelola global
- Promosi perdamaian, keamanan internasional, dan stabilitas global
- Pendalaman kerja sama ekonomi, perdagangan, dan keuangan internasional
- Penanganan perubahan iklim dan pengembangan pembangunan berkelanjutan yang adil dan inklusif
- Penguatan kemitraan untuk pembangunan manusia, sosial, dan budaya.
“Kemudian outcomes dari pada pertemuan tadi, salah satunya adalah Leaders’ Declaration dan dalam Leaders’ Declaration itu ada beberapa poin yang terkait dengan penguatan multilateralisme dan reform dari pada global governance,” kata Airlangga.
“Nah, untuk poin kedua tadi menjadi penting bagi Indonesia di tengah ketidakpastian, kita punya BRICS yang diharapkan bisa juga untuk menyerap pasar dari produk-produk Indonesia,” imbuhnya.
“Kemudian yang ketiga tentu terkait dengan climate change dan promoting sustainable, yang fair and inclusive development. Yang keempat adalah partnership for promotion, human, social, and cultural development,” pungkas Airlangga. (*)
Editor: Yulian Saputra










