Waspada Risiko Global, Kebijakan Harus Seimbang

Sementara itu, Direktur Program INDEF, Eisha Maghfiruha Rahbini, mengingatkan bahwa upaya mendorong pertumbuhan tetap harus memperhatikan risiko global yang masih membayangi, seperti ketegangan geopolitik, perang dagang, inflasi, dan perlambatan ekonomi dunia.
Ia menekankan pentingnya kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif, namun tetap disertai prinsip kehati-hatian, stabilitas sektor keuangan, dan pengelolaan fiskal yang prudent.
"Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang akomodatif itu diperlukan untuk mendorong pertumbuhan, namun tetap makro prudensial, kestabilan sektor keuangan, dan juga menjaga fiskal yang prudent itu juga perlu dilakukan," katanya.
Baca juga: Bos OJK Beberkan Kondisi Sektor Jasa Keuangan di Tengah Tensi Perang Dagang
Menurutnya, pemerintah perlu juga mengatur “gas dan rem” secara seimbang agar pertumbuhan tetap terjaga tanpa memicu risiko makroekonomi.
"Jangan tancap gas terlalu kencang, tapi juga tetap harus hati-hati, jadi diatur gas dan remnya," tuturnya.
Dorong Industrialisasi dan Kepastian Usaha
Direktur Kolaborasi Internasional INDEF, Imaduddin Abdullah, yang juga menjadi pembicara dalam diskusi tersebut menambahkan bahwa peningkatan pertumbuhan harus dibarengi dengan peningkatan kualitas, terutama melalui penguatan industrialisasi.
Menurutnya, industri yang bergerak dinamis akan mendorong permintaan kredit yang lebih tinggi, sehingga saling memperkuat antara sektor riil dan sektor keuangan.
"Karena pasti pada akhirnya, kalau misalnya industri ini bisa semakin dinamis bergerak saya pikir kredit juga akan semakin tinggi. Dan mana tadi saya pikir ini juga akan mendorong Indonesia bergeser dari negara konsumen ke negara produsen," katanya.
Baca juga: ADB Proyeksikan Ekonomi RI Tumbuh 5,1 Persen pada 2026
Imaduddin juga menyoroti pentingnya kepastian usaha sebagai kunci utama. Ia menilai bahwa bagi pelaku usaha, kepastian regulasi, kepastian fiskal, dan kepastian kebijakan sering kali lebih penting dibandingkan insentif jangka pendek. "Agar memang pelaku usaha dan ekosistem industri ekonomi kita bisa tumbuh juga," imbuhnya.
Lebih lanjut Imaduddin mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang dikejar ke depan tidak hanya harus tinggi secara angka, tetapi juga berkualitas, inklusif, dan berkelanjutan.
"Sehingga setiap manfaat ekonomi yang tumbuh dari ekonomi bisa semua dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, dan harapannya di tahun 2026 semoga ekonomi kita semakin cerah," tutupnya. (*)









