Jakarta – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan terkontraksi -1% pada kuartal pertama tahun 2021. Hal tersebut bisa terjadi lantara penanganan pandemi covid-19 yang belum berakhir.
“Dengan melihat situasi pandemi Covid-19, perkembangan daya beli dan inflasi yang terjadi, perkembangan sektoral maupun pengeluaran, laju kredit dan simpanan, implementasi stimulus fiskal (PEN dan Belanja Pemerintan lainnya) maka kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I Tahun 2021 sebesar -1% (yoy),” kata Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad melalui keterangan resminya di Jakarta, Senin 8 Febuari 2021.
Menurutnya, konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh melambat pada kuartal 4 tahun 2020 yang hanya sebesar -3,61% (yoy) membuat daya beli belum menggeliat di awal tahun 2021. “Ini menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga pemulihannya jauh lebih lambat pada kuartal 4 tahun 2020 dibandingkan kuartal 3 tahun 2020,” tambah Tauhid.
Ia melanjutkan, komponen utama pelemahan tersebut adalah memburuknya konsumsi makanan dan minuman, selain restoran yang sebesar -1,39% (yoy) pada kuartal 4, sementara kuartal 3 hanya sebesar -0,69% (yoy). Sementara onsumsi makanan dan minuman memiliki porsi 41,24% dalam konsumsi rumah tangga atau terbesar dari struktur konsumsi rumah tangga pada kuartal 4 tahun 2020.
“Bantuan sosial yang diberikan pemerintah ternyata tidak dapat mempertahankan kebutuhan konsumsi rumah tangga, khususnya makanan dan minuman,” tambah Tauhid.
Sebagai refleksi, Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal 4 tahun 2020 sebesar -2,19% (yoy) atau secara keseluruhan ekonomi RI sepanjang 2020 masih -2,07%. Sehingga menurutnya Indonesia masih mengalami resesi baik teknikal maupun substansi karena lebih dari dua kuartal berturut mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. (*)
Editor: Rezkiana Np