Sektor Perbankan dan Konsumsi
Selain itu, pihaknya turut menyoroti sektor perbankan, yang mana menurutnya masih tertinggal dalam hal performa di IHSG dibandingkan sektor komoditas saat ini.
Menurutnya, sektor perbankan RI masih dihantui dengan persoalan non performing loan (NPL) dan penantian pemangkasan suku bunga lanjutan dari Bank Indonesia (BI) yang berpotensi menurunkan suku bunga deposito dan pinjaman.
Baca juga: IHSG Berbalik Ditutup Loyo, Saham MLPL, SKRN, dan CBDK Jadi Top Losers
Di samping itu, pihaknya juga menaruh perhatian positif pada sektor konsumsi Indonesia yang memiliki pertumbuhan cukup kuat karena didorong oleh kebijakan stimulus fiskal dan jumlah populasi nasional yang banyak.
“Jadi, beberapa emiten seperti Astra dan lainnya, kami pikir akan terus berjalan dengan baik. Selain itu, telekomunikasi juga akan melanjutkan pertumbuhan positifnya,” ucapnya.
Proyeksi IHSG Tembus 8.700 di Akhir Tahun
Ia lebih lanjut memproyeksikan IHSG dapat tumbuh mencapai 8.700 pada akhir 2025.
Sebagai informasi, mayoritas sektor ikut menguat pada perdagangan sesi I Senin (13/10), dengan sektor transportasi meningkat 2,81 persen, sektor energi naik 1,75 persen, sektor non-siklikal menguat 1,39 persen, dan sektor bahan baku meningkat 0,75 persen.
Selain itu, sektor teknologi naik 0,27 persen, sektor kesehatan menguat 0,19 persen, dan sektor industrial meningkat 0,18 persen.
Baca juga: Kinerja Saham Bank Kompak Turun, INFOBANK15 Tertekan Pekan Ini
Namun, beberapa sektor masih melemah. Sektor siklikal turun 1,41 persen, sektor keuangan merosot 1,17 persen, sektor properti melemah 1,02 persen, dan sektor infrastruktur turun 0,63 persen.
Sementara itu, indeks-indeks bursa Asia kompak berada di zona merah. Nikkei 225 Index Tokyo turun 1,01 persen, Hang Seng Index merosot 3,26 persen, dan Shanghai Composite Index Shanghai melemah 1,30 persen. (*) Steven Widjaja









