IHSG Oktober 2025 Berpeluang Menguat, Ini Faktor Pendorongnya

IHSG Oktober 2025 Berpeluang Menguat, Ini Faktor Pendorongnya

Poin Penting

  • Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksikan IHSG Oktober 2025 berpeluang menguat terbatas di level 8.035–8.250 dengan probabilitas penguatan 80 persen.
  • Kenaikan IHSG didorong oleh prospek ekonomi stabil, stimulus fiskal, investasi Danantara, serta proyeksi pertumbuhan Bank Dunia sebesar 4,8 persen.
  • Meski positif, pasar masih dihadapkan pada risiko politik, regulasi tambang, defisit transaksi berjalan, dan sentimen negatif korporasi BUMN.

Jakarta – Pilarmas Investindo Sekuritas melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk periode Oktober 2025 secara teknikal memiliki peluang menguat terbatas dengan rentang level support dan resistance 8.035-8.250.

Lebih lanjut manajemen Pilarmas menuturkan, IHSG pada Oktober memiliki probabilitas penguatan sebesar 80 persen dengan rata-rata return sebesar 1,58 persen selama 10 tahun terakhir. 

“Kami menilai penguatan IHSG di bulan Oktober semakin kuat terjadi, karena prospek perekonomian Indonesia yang cenderung stabil, didukung oleh stimulus fiskal, kebijakan bioenergi, serta investasi melalui sovereign wealth fund Danantara yang mulai digulirkan,” tulis Pilarmas dalam risetnya di Jakarta, Selasa, 14 Oktober 2025.

Baca juga: IHSG Dibuka Hijau ke Level 8.272, Naik 0,55 Persen

Tidak hanya itu, sentimen positif juga datang dari Bank Dunia yang menaikkan proyeksi pertumbuhan menjadi 4,8 persen, sejalan dengan inflasi yang tetap terkendali di kisaran 2,6-3 persen. 

Hal tersebut didukung oleh kebijakan pemerintah seperti pemindahan dana ke bank daerah, surplus perdagangan, dan kesepakatan dagang dengan Uni Eropa.

Meski demikian, risiko tetap datang dari gejolak politik pasca-reshuffle kabinet, ketidakpastian regulasi tambang, potensi defisit transaksi berjalan, wacana kenaikkan free float saham dari sebelumnya 20 persen menjadi 40 persen, serta sentimen negatif akibat skandal korporasi BUMN.

Baca juga: IHSG Melambung karena Saham Kurang Likuid? Ini Penjelasan DBS Bank

Adapun, Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan tetap berhati-hati dalam menurunkan suku bunga untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan global. 

Secara keseluruhan, ekonomi domestik masih berpeluang positif dengan sektor energi, komoditas, dan infrastruktur menjadi penopang utama, sementara pasar keuangan cenderung volatil menunggu arah kebijakan moneter dan politik yang lebih jelas. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

News Update