IHSG Melambung karena Saham Kurang Likuid? Ini Penjelasan DBS Bank
Page 2

IHSG Melambung karena Saham Kurang Likuid? Ini Penjelasan DBS Bank

Poin Penting

  • IHSG sempat mencetak rekor tertinggi di level 8.272, namun penguatan indeks belakangan didorong oleh saham-saham berlikuiditas rendah.
  • DBS Bank menilai kondisi ini dipicu aliran dana asing yang beralih ke pasar Tiongkok, sehingga membuat pergerakan saham di Indonesia didominasi emiten kurang likuid.
  • Fundamental ekonomi Indonesia dinilai tetap kuat, dengan likuiditas domestik melimpah dan nilai tukar rupiah yang menarik bagi investor asing.

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan penguatan dalam beberapa waktu terakhir. Sepanjang periode 6-10 Oktober 2025, IHSG sempat mencatat rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di level 8.272 pada 9 Oktober 2025.

Pada sesi I perdagangan kemarin, Senin (13/10), IHSG ditutup naik tipis ke level 8.259,39 dari posisi 8.257,85 atau menguat 0,02 persen. Namun, pada sesi II, indeks kembali terkoreksi tipis ke posisi 8.227,20 atau turun 0,37 persen dari level 8.257,85.

Meski menguat, pergerakan IHSG belakangan ini disebut didorong oleh saham-saham dengan likuiditas rendah.

Baca juga: IHSG Tokcer! DBS Prediksi Tembus 8.700 Akhir 2025, Ini Faktornya

Menanggapi fenomena tersebut, Senior Investment Strategist DBS Bank, Joanne Goh, menjelaskan bahwa kondisi tersebut lebih disebabkan oleh pergeseran aliran dana investasi global.

“Ketika Tiongkok mulai perform, semua pasar Asia lain, termasuk Indonesia dan bahkan India, akan terdampak. Karena, semua aliran dana investasi akan mengalir ke Tiongkok,” ujar Joanne saat acara DBS Chief Investment Officer (CIO) Insights secara virtual, Senin, 13 Oktober 2025.

Namun, menurut Joanne, tren ini bersifat sementara. Ia menilai Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat, seperti pertumbuhan ekonomi yang solid dan stabil serta populasi besar yang menjadi penopang pasar ekuitas dan kinerja emiten.

Fundamental Indonesia Masih Menarik

Joanne menegaskan bahwa faktor fundamental tersebut menjaga daya tarik pasar modal Indonesia. Ia juga menilai pasar modal berperan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional selama kebijakan moneter dan fiskal tetap mendukung.

Baca juga: IHSG Berbalik Ditutup Loyo, Saham MLPL, SKRN, dan CBDK Jadi Top Losers

Lebih lanjut, ia menyoroti sejumlah faktor yang memengaruhi aliran investasi asing ke Indonesia, salah satunya nilai tukar rupiah.

“Jadi, sekarang nilai tukar rupiah di level seperti ini, kami pikir cukup menarik, dan jika kita memiliki pandangan membeli sejumlah dolar untuk kuartal berikutnya, itu seharusnya cukup mendukung keuangan lokal juga,” jelasnya.

Ia menambahkan, likuiditas yang melimpah di pasar domestik juga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor.

“Jadi, bagi pasar, sejauh kita tidak melihat krisis, kami pikir itu akan menjadi salah satu pertimbangan investor luar negeri untuk masuk ke pasar domestik,” tukas Joanne.

Related Posts

News Update

Netizen +62