Jakarta – Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9:00 WIB (6/9) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka pada level 7.700,55 atau menguat 0,25 persen dari dibuka pada level 7.681,04.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 339,86 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 23 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp229,51 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 110 saham terkoreksi, sebanyak 149 saham menguat dan sebanyak 253 saham tetap tidak berubah.
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi akan bergerak melemah dalam rentang level 7.500 hingga 7.650.
Baca juga: IHSG Berpotensi Menguat, Analis Jagokan Saham ASII, PTBA, SMGR dan UNTR
“Pada perdagangan Kamis (5/6), IHSG ditutup naik 0,11 persen atau plus 8,14 poin ke level 7.681. IHSG hari ini (6/9) diprediksi melemah dalam range 7560-7.700,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 6 September 2024.
IHSG ditutup pada zona positif dalam dua hari beruntun. Akselerasi IHSG sejalan dengan beli bersih investor asing di pasar ekuitas domestik sebesar Rp735,76 miliar.
Di sisi lain, menguatnya nilai tukar rupiah JISDOR ke level Rp15.410 per dolar AS (5/9) juga memberikan katalis positif bagi sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti properti, konsumsi non primer, perbankan, telekomunikasi, dan konstruksi.
Kemudian, pelaku pasar hari ini menanti rilis Cadangan Devisa (Cadev) yang berpotensi tetap solid. Meskipun menguatnya nilai tukar rupiah dapat menopang posisi cadev, namun perlu diperhatikan kondisi neraca dagang domestik yang semakin menyempit sejalan dengan normalisasi harga komoditas non migas sehingga dapat menggerus posisi devisa.
Baca juga: Saham TUGU Makin Dilirik, Segini Target Harganya
Adapun dari mancanegara, bursa Wall Street cenderung wait and see yang terlihat dari terbatasnya pergerakan indeks utama. Pelaku pasar menantikan rilis data tenaga kerja, seperti tingkat pengangguran dan non farm payroll.
Sementara, harga komoditas minyak mentah WTI mengalami koreksi hingga berada di bawah USD70 per barel (5/9). Koreksi tersebut terjadi akibat permintaan global cenderung turun, seperti lesunya ekonomi AS yang tercermin dari kontraksi indeks manufaktur dan terbatasnya jumlah lapangan kerja baru. (*)
Editor: Galih Pratama