Jakarta – Pilarmas Investindo Sekuritas melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal hari ini, Rabu (14/8) akan berpotensi mengalami penguatan terbatas dengan level support 7.200 dan level resistance 7.370.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance di level 7.200–7.370,” tulis manajemen dalam market review di Jakarta, Rabu, 14 Agustus 2024.
Pilarmas menyebut, sentimen yang mendukung hal itu salah satunya adalah data ekonomi Amerika Serikat (AS), di mana PPI Final Demand mengalami penurunan dari sebelumnya 0,2 persen menjadi 0,1 persen mom. Begitu pun secara yoy yang mengalami penurunan cukup dalam dari sebelumnya 2,7 persen menjadi 2,2 persen.
Baca juga : IHSG Sesi I Menguat 0,62 Persen, Hampir Seluruh Sektor Hijau
Tidak hanya PPI secara keseluruhan, tetapi juga secara PPI tanpa variable makanan dan energi, mengalami penurunan dari sebelumnya 0,3 persen menjadi 0 persen mom, dan turun dari sebelumnya 3 persen menjadi 2,4 persen yoy. Hal itu merupakan penurunan paling dalam selama empat bulan terakhir.
“Hal ini yang telah membuat indeks saham di Amerika mengalami kenaikkan “to the moon”, yang di mana Dow Jones naik hingga 1,04 persen, S&P 500 1,68 persen, begitupun dengan Russell 2000 yang naik hingga 1,61 persen,” imbuhnya.
Dalam hal ini, PPI merupakan data pertama dari seluruh rangkaian data penting untuk menuju inflasi, jika data PPI mengalami penurunan, maka hal ini akan memberikan potensi yang lebih besar bagi inflasi untuk bisa turun.
Baca juga : 119 Saham Hijau, IHSG Dibuka Menguat ke Level 7.305
Ketika inflasi turun, maka probabilitas The Fed untuk menurunkan tingkat suku bunga juga pasti akan mengalami kenaikkan pada bulan September mendatang, dengan prediksi penurunan suku bunga sebesar 50 bps dan akan dilanjutkan pada Desember dengan jumlah yang sama.
Adapun, sentimen dari domestik terlihat dalam laporan realisasi APBN bulan Juli 2024, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit sebesar Rp93,4 triliun yang setara dengan 0,41 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Hal itu disebabkan oleh penurunan pendapatan negara dan peningkatan belanja negara menjadi penyebab utama defisit ini, di mana pendapatan negara tercatat sebesar Rp1.545,4 triliun atau turun 4,3 persen hingga Juli 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 55,1 persen dari target APBN 2024.
Di sisi lain, belanja negara meningkat sebanyak 12,2 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp1.638,8 triliun atau sebesar 49,3 persen dari target APBN 2024. (*)
Editor : Galih Pratama