Jakarta – Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan Bank Indonesia (BI) sampai dengan pekan pertama Maret 2018 Indeks Harga Konsumen (IHK) menunjukkan inflasi sebesar 0,11 persen (month to month/mtm).
“Maret survei di 164 pasar, inflasi minggu pertama 0,11 persen month to month, dan year on year itu 3,31 persen,” ujar Gubernur BI, Agus DW Martowardojo di Jakarta, Jumat 9 Maret 2018.
Agus menjelaskan, laju inflasi di pekan pertama Maret 2018 yang terjaga ini didorong oleh beberapa harga pangan yang menurun. Salah satunya harga beras yang sebelumnya meningkat mulai mengalami penurunan hingga menyebabkan deflasi.
Sedangkan inflasi datang dari komoditas bawang merah dan bawang putih. Agus meyakini inflasi pada tahun ini akan tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan. Bank sentral menargetkan inflasi pada kisaran 3,5 persen plus minus satu persen sepanjang tahun 2018.
Baca juga: BPS: Kenaikan Harga BBM Dikhawatirkan Dongkrak Inflasi 2018
“Pemerintah sudah canangkan di 2018 tidak ada penyesuain BBM dan listrik sehingga tekanan inflasi administered price akan terjaga. Untuk volatile food, kita sambut baik di minggu pertama Maret deflasi harga beras antara lain karena sudah panen dan masuk beras yang diimpor,” ucap Agus Marto.
Sementara untuk inflasi volatile food, BI bersama pemerintah menargetkan antara empat sampai lima persen. Meski hanya menyumbang 0,71 persen terhadap total inflasi, gejolak harga pangan dikhawatirkan dapat menggerus daya beli masyarakat.
“Kalau inflasinya terjaga sepanjang 2018 with in target, pencanangan baru di empat persen sekarang 3,5 persen. Ini baik, dan ini membuat ekonomi kita, memiliki daya tahan yang lebih baik,” tutupnya. (*)