Dari timur Nusantara, Christine Tambunan dan Alsant Nababan menghadirkan keceriaan lewat lagu “Lulo” dari Sulawesi Tenggara, yang sukses mengajak penonton turun ke panggung untuk menari dan bernyanyi bersama. Energi berlanjut ke Maluku, ketika Mirabeth Sonia dan Swain Mahisa membawakan “Ayo Mama”, disusul kolaborasi hangat bersama Roland Rogers lewat “Hai Rame-Rame” yang membuat seluruh arena bergemuruh dalam sukacita.
Bali menghadirkan “Tembang Calon Arang” oleh Pradnya Larasati, menghadirkan nuansa mistis dan teatrikal, sementara Papua menutup rangkaian dengan “Sajojo”, dibawakan Gabriel Harvianto, Roland Rogers, Yuyun Arfah, dan Christine Tambunan, ditutup atraksi marching band dan koreografi perang spektakuler.
Karya Desainer Ternama
Seluruh panggung hidup berkat lebih dari 800 kostum penari dan 40 tampilan khusus penyanyi, karya Jember Fashion Carnaval, Pesona Gondanglegi, Priyo Oktaviano, Anggoro Kancil, serta 19 desainer ternama Indonesia.
Aksesori berhias emas asli dan ornamen autentik menegaskan kualitas panggung kelas dunia, sementara tata lampu dan visual yang belum pernah dilihat sebelumnya memperkuat setiap adegan, termasuk momen puncak naga Mahadewi.
Baca juga: Lestarikan Seni Budaya, Eksekutif Keuangan hingga Jurnalis Senior Gelar Ketoprak Lakon “Majapahit Ratu Kencono Wungu”
Musik diolah secara sinematik oleh Elwin Hendrijanto, dipimpin Maestro Avip Priatna, diiringi Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singers, dan The Resonanz Children’s Choir, menghadirkan harmoni antara instrumen tradisional dan modern yang menghidupkan karakter, membangkitkan emosi, dan menegaskan alur cerita.
Kehadiran BUNTA iNOUE
Salah satu kejutan dalam Pagelaran Sabang Merauke tahun ini datang dari BUNTA iNOUE, seniman kontemporer asal Jepang yang dikenal sebagai Maniac dan Nasirun dengan karya-karya kontemporer jepang yang memadukan filosofi Zen, teknik tradisional Jepang seperti washi dan emas lembaran serta kesadaran ekologois, datang membawa semangat “Inspirations”.
Serangkaian karya yang mengolah warisan spiritual Jepang dalam bahasa visual global. Ia menghadirkan aksi live painting di area instalasi, terinspirasi langsung dari kisah, musik, dan energi panggung pertunjukan.
“Saya telah menyaksikan banyak pertunjukan di seluruh dunia, namun PSM benar-benar istimewa, perpaduan Broadway, Kabuki Jepang, dan hiburan India yang dikemas dalam jiwa Nusantara,” jelasnya.
“Ini merupakan kehormatan besar bagi saya bisa menjadi bagian dari perayaan ini, menghadirkan karya sebagai simbol cinta, impian, dan perdamaian bagi Indonesia dan dunia,” tambahnya.
Sebagai puncak, Premiere Show ditutup dengan seluruh penampil menyanyikan “Syukur”, dilanjutkan “Nusantara”, dan karya iForte “Inspirasi Diri x Lantunan Satu Bangsa”, dinyanyikan Yura Yunita bersama seluruh artis, menjadi simbol persatuan dan kelestarian budaya Indonesia.
Komitmen Pelestarian Budaya
Sementara itu, Antonius Widodo, Direktur BCA, menegaskan komitmen dukungan berkelanjutan terhadap pelestarian budaya Nusantara.
“Melalui program Bakti Budaya BCA, kami konsisten mendukung para seniman dan pelestarian budaya Nusantara. Pagelaran ini menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya kita dapat terus hidup, diapresiasi lintas generasi, sekaligus menginspirasi generasi muda,” imbuhnya.
Ferdinandus Aming Santoso, CEO & President Director iForte & Protelindo Group, menambahkan bahwa antusiasme penonton malam ini menjadi bukti bahwa seni dan budaya Indonesia tetap relevan lintas generasi.
“Pagelaran ini lahir dari ketulusan hati seluruh tim yang bekerja bersama, dan semoga semangat gotong royong ini dapat menginspirasi pelaku seni lainnya. Walau zaman terus modern, para pelakunya tetap orang Indonesia, itulah yang membuatnya istimewa,” pungkasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra








