Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa kenaikan harga minyak dunia, saling berkaitan dengan situasi global seperti adanya ketegangan geopolitik antara Israel dan Hamas. Tentunya, hal ini akan berdampak terhadap inflasi di negara berkembang termasuk RI.
“Gejolak harga minyak di dunia berkorelasi dengan situasi global seperti ketegangan Israel-Hamas, tren harga minyak dunia yang tentunya akan mempengaruhi harga domestik,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, Rabu 1 November 2023.
Baca juga: Awas! Harga Minyak Dunia Bisa Capai Rekor Tertinggi jika Konflik Israel-Hamas Terus Berlanjut
Pudji menjelaskan, dengan dipengaruhi oleh gejolak harga minyak dunia, maka kedepannya inflasi akan mulai terlihat meningkat.
“Di bulan-bulan ke depan kemungkinan inflasi akibat situasi global akan dapat terlihat. Namun hal ini sangat tergantung pemerintah ambil langkah pencegahannya,” ungkapnya.
Selain itu, harga komoditas di pasar internasional salah satunya minyak mentah mengalami kenaikan sejak Juli 2023.
“Jika kita tinjau harga komoditas di pasar internasioanl, minyak mentah mengalami rebound sejak Juli 2023,” imbuhnya.
Berdasarkan World Economic Outlook, sebelumnya pada Juli 2023 inflasi dunia diperkirakan mengalami inflasi sebesar 6,8 persen pada tahun 2023 dan 5,2 persen di 2024. Namun, direvisi ke atas pada Oktober 2023 yang masing-masing sebesar 6,9 persen dan 5,8 persen.
Begitupun, dengan inflasi di emerging market dan developing economies. Sebelumnya diperkirakan diprediksi mengalami inflasi di 8,3 persen pada 2023 dan 6,8 persen di 2024. Tapi, juga dikoreksi keatas bahwa negara berkembang akan mengalami tekanan inflasi yang lebih tinggi yakni, 8,5 persen di 2023 dan 7,8 persen di 2024.
Baca juga: Jokowi: Dunia Semakin Tak Jelas, Harga Minyak Bisa Tembus USD150 per Barel
“Secara global, inflasi diperkirakan melemah pada tahun 2023 dan 2024. Begitupun dengan inflasi di negara emerging market dan developing economies. Akan tetapi prediksi tersebut dikoreksi meningkat sejalan dengan tren kenaikan harga komoditas di pasar global,” ungkapnya. (*)
Rezkiana Nisaputra