Jakarta–Pelemahan harga komoditas dan penurunan konsumsi domestik telah mempengaruhi bisnis PT. Astra International Tbk (Grup Astra). Sepanjang 2015, pendapatan bersih konsolidasian Astra menurun 9% menjadi Rp 184,2 triliun. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan di segmen otomotif, alat berat dan pertambangan, serta agribisnis.
Laba bersih konsolidasian juga mengalami penurunan sebesar 25% menjadi Rp 14,5 triliun. Tanpa memperhitungkan pembebanan biaya non kas atas penurunan nilai properti tambang batu bara pada 2015 dan tahun-tahun sebelumnya, laba bersih Perseroan turun 20% menjadi Rp16 triliun.
Hingga Desember 2015, nilai aset bersih per saham Grup tercatat sebesar Rp2.521, meningkat 7% dibandingkan dengan posisi akhir 2014. Nilai kas bersih secara keseluruhan, di luar Grup Jasa Keuangan, mencapai Rp 1 triliun, dibandingkan dengan utang bersih yang mencapai Rp 3,3 triliun pada akhir 2014, karena arus masuk modal kerja yang kuat.
Anak perusahaan Grup segmen Jasa Keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp44,6 triliun, dibandingkan dengan Rp 45,9 triliun pada akhir 2014.
Pada 2015, Grup Astra akan mengusulkan dividen final Rp 113 per saham (menurun dari posisi 2014 yang sebesar Rp 152 per saham) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang akan dilaksanakan pada April 2016. Dividen final yang diusulkan bersamaan dengan dividen interim sebesar Rp64 per saham ( nilanya tidak berubah dari posisi 2014 yang sebesar Rp64 per saham). Hal ini akan membuat total dividen tahun ini menjadi Rp177 per saham ( menurun dari posisi 2014 yang sebesar Rp 216 per saham), mewakili rasio pembagian dividen sebesar 50% ( menurun dari posisi 2014 yang sebesar 46%).(*)