Goncangan Global Masih Tinggi, OJK Minta Perbankan Perhatikan Risiko Pengetatan Likuiditas

Goncangan Global Masih Tinggi, OJK Minta Perbankan Perhatikan Risiko Pengetatan Likuiditas

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan memperhatikan risiko pasar dan risiko likuiditas di tengah masih tingginya ketidakpastian global seperti tingkat suku bunga global yang masih tinggi, perkembangan ekonomi Tiongkok, serta kenaikan tensi geopolitik yang dapat berpotensi meningkatkan tekanan ekonomi domestik.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae mengatakan, potensi peningkatan risiko kredit paska berakhirnya masa relaksasi kredit restrukturisasi terkait Covid-19 pada akhir Maret 2024 secara umum sudah dapat dimitigasi.

Hal ini mengingat bank sudah membentuk cadangan yang cukup dan jumlah eksposur kredit restrukturisasi terkait Covid-19 yang sudah jauh menurun.

“Meski demikian, dalam rangka mengukur ketahanan bank, OJK meminta agar bank secara rutin melakukan stress test kekuatan permodalannya untuk mengukur kemampuannya dalam menyerap potensi penurunan kualitas kredit restrukturisasi,” kata Dian dalam Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) Triwulan I 2024.

Baca juga : OJK Selesaikan 83 Persen Pengaduan Konsumen di Semester I 2024, PUJK Kena Sanksi?

Dian menyebutkan, indikator perbankan sebagaimana terlihat pada pertumbuhan kredit (bank umum) yang masih cukup baik yaitu sebesar 12,40 persen (yoy), meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya 9,93 persen yoy.

“Pertumbuhan kredit tersebut dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang antara lain didorong oleh permintaan yang solid pada pertumbuhan konsumsi dan investasi serta pengeluaran pemerintah,” jelasnya.

Di sisi lain, DPK juga masih tumbuh yaitu sebesar 7,44 persen yoy meningkat dari tahun sebelumnya 7,00 persen yoy, sehingga menjadi salah satu faktor pendorong terjaganya likuiditas perbankan.

Dalam situasi demikian, kondisi likuiditas bank umum terpantau masih cukup memadai sebagaimana tecermin dari rasio AL/NCD dan AL/DPK masing-masing sebesar 121,05 persen dan 27,18 persen, masih jauh di atas threshold. Tingkat permodalan juga masih cukup solid dengan CAR sebesar 25,96 persen kendati menurun dari tahun sebelumnya 27,09 persen. 

Adapun penurunan CAR utamanya didorong oleh kenaikan ATMR Kredit dan pasar sejalan dengan penyaluran kredit yang tumbuh tinggi serta adanya penyesuaian perhitungan ATMR sehubungan dengan implementasi ketentuan ATMR Kredit yang mulai berlaku pada tahun 2024. 

Baca juga : IMF Sebut Ekonomi Indonesia Tetap Solid di Tengah Ketidakpastian Global, Ini Alasannya

Risiko kredit juga terpantau membaik dengan rasio NPL gross yang menurun menjadi sebesar 2,25 persen dan NPL net sedikit meningkat menjadi 0,77 persen.

Sejalan dengan kinerja bank umum, kinerja BPR dan BPRS juga cukup baik dengan pertumbuhan kredit/pembiayaan yang melambat namun DPK meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio permodalan juga cukup kuat dengan CAR BPR dan BPRS masing-masing sebesar 32,60 persen dan 23,57 persen.

Dikutip dari LSPI Triwulan I 2024, OJK melaporkan kondisi perekonomian global masih terdivergensi dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Sejalan dengan kondisi di beberapa negara yang masih cukup resilien, utamanya di AS dan negara emerging markets.

IMF dalam World Economic Outlook (WEO) April 2024 memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di 2024 tumbuh sebesar 3,2 persen yoy stabil dari pertumbuhan tahun 2023 dan sedikit lebih tinggi dari perkiraan pada WEO Januari 2024 sebesar 3,1 persen yoy.

Sedangkan untuk perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 tidak berubah dari perkiraan sebelumnya yaitu sebesar 3,2 persen yoy.

Pergerakan dan kondisi pasar keuangan global pada triwulan I 2024 masih dipengaruhi oleh stance kebijakan moneter bank sentral untuk mempertahankan suku bunga acuannya lebih lama (high for longer), sejalan dengan tingkat inflasi yang masih belum mencapai target meski mulai melandai.

Kendati demikian, perlu diperhatikan faktor risiko seperti perkembangan konflik geopolitik di Timur tengah dan Ukraina serta gangguan jalur perdagangan di laut merah yang berpotensi memicu peningkatan harga komoditas dan inflasi ke depan.

Di tengah perkembangan dan kondisi global tersebut, pada triwulan I 2024 ekonomi domestik mampu tumbuh kuat sebesar 5,11 persen yoy, meningkat dari 5,04 persen yoy pada triwulan IV 2023.

Pertumbuhan didorong oleh masih kuatnya konsumsi domestik dan investasi, serta naiknya ekspor dan pengeluaran pemerintah.

Selain itu, pertumbuhan juga didorong oleh investasi sejalan berlanjutnya pembangunan infrastruktur pemerintah di berbagai wilayah salah satunya terkait pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), serta tumbuhnya pengeluaran pemerintah seiring dengan kenaikan realisasi belanja barang terutama pada kegiatan pelaksanaan Pemilu 2024. (*)

Editor : Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News