Fungsi Intermediasi Tumbuh Kuat, Kredit Bank IBK Indonesia Melonjak 31,71 Persen di Juni 2025

Fungsi Intermediasi Tumbuh Kuat, Kredit Bank IBK Indonesia Melonjak 31,71 Persen di Juni 2025

Jakarta – Bank IBK Indonesia menunjukkan performa impresif dalam fungsi intermediasi sepanjang semester I-2025. Di tengah kondisi ekonomi yang masih menantang, bank yang dipimpin oleh Oh In Taek sebagai direktur utama ini mampu mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit di atas rata-rata industri bank umum.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi, dikutip Kamis, 31 Juli 2025, DPK Bank IBK Indonesia di akhir Juni 2025 tercatat Rp10,60 triliun atau tumbuh 9,92 persen secara tahunan (yoy), lebih tinggi dari rata-rata industri yang tumbuh sebesar 6,96 persen menurut data OJK.

Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan giro sebesar 39,98 persen menjadi Rp1,30 triliun dan deposito yang naik 16,49 persen menjadi Rp6,41 triliun, meskipun tabungan mengalami penurunan 9,99 persen. Peningkatan dana murah seperti giro menjadi sinyal positif dalam efisiensi pendanaan.

Dari sisi penyaluran kredit, Bank IBK Indonesia mencatatkan kinerja gemilang. Kredit yang disalurkan tumbuh signifikan sebesar 31,71 persen yoy menjadi Rp13,29 triliun, jauh melampaui pertumbuhan kredit perbankan nasional yang berada di level 7,77 persen.

Baca juga: BRI Bukukan Laba Bersih Rp26,53 Triliun di Semester I 2025

Tak hanya tumbuh, kualitas kredit juga semakin baik, terlihat dari penurunan rasio kredit bermasalah (NPL) gross dari 2,44 persen menjadi 2,13 persen, dan NPL net dari 1,70 persen menjadi 1,46 persen. Angka ini jauh di bawah batas aman yang ditetapkan regulator sebesar 5 persen.

Meski beban bunga turun signifikan sebesar 49,12 persen menjadi Rp391,14 miliar, dan pendapatan bunga ikut tergerus 34,53 persen menjadi Rp684,36 miliar, Bank IBK Indonesia tetap mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 6,01 persen menjadi Rp293,22 miliar.

Hal ini mencerminkan kemampuan bank dalam menjaga marjin keuntungan di tengah dinamika suku bunga dan pasar dana yang ketat. Net interest margin (NIM) juga hanya sedikit terkoreksi dari 2,97 persen menjadi 2,91 persen.

Namun, laba bersih Bank IBK Indonesia mengalami sedikit penurunan sebesar 6,88 persen menjadi Rp105,65 miliar. Penurunan ini disebabkan antara lain oleh kenaikan beban operasional lainnya yang meningkat 16,93 persen menjadi Rp165,28 miliar.

Kendati demikian, efisiensi operasional masih menunjukkan perbaikan, tercermin dari rasio BOPO yang membaik dari 88,15 persen menjadi 83,30 persen. Rasio ini mendekati level ideal 85 persen dan mencerminkan peningkatan efisiensi dalam aktivitas operasional.

Dari sisi neraca, total aset Bank IBK Indonesia meningkat sebesar 8,65 persen menjadi Rp21,74 triliun, sejalan dengan ekspansi kredit dan pertumbuhan DPK yang solid. Sementara itu, modal inti tumbuh moderat 3,68 persen menjadi Rp5,59 triliun. Rasio permodalan (CAR) tetap sangat kuat di angka 35,98 persen, jauh di atas ketentuan minimum.

Baca juga: BCA Cetak Laba Rp29 Triliun di Semester I 2025, Tumbuh 8 Persen

Meski secara umum kinerja keuangan menunjukkan tren positif, Bank IBK Indonesia perlu memperhatikan rasio loan to deposit ratio (LDR) yang mencapai 125,44 persen, jauh di atas batas ideal 78–92 persen.

Rasio yang terlalu tinggi ini menandakan bahwa ekspansi kredit berjalan agresif dan berisiko menekan likuiditas.

Ke depan, bank perlu lebih berhati-hati dan menjaga keseimbangan antara penyaluran kredit dan penghimpunan dana untuk meminimalkan potensi risiko keuangan.

Di tengah tekanan ekonomi global dan domestik, Bank IBK Indonesia tetap mampu menjaga momentum pertumbuhan yang sehat, baik dari sisi intermediasi, efisiensi operasional, maupun kualitas aset.

Kinerja semester I-2025 ini menjadi fondasi yang kokoh untuk melanjutkan strategi pertumbuhan berkelanjutan pada paruh kedua tahun ini. (*) Ari Nugroho

Related Posts

News Update

Netizen +62