Jakarta – Fungsi intermediasi Bank Mayapada menunjukkan pertumbuhan yang positif hingga September 2024. Berdasarkan laporan keuangan publikasi per September 2024 yang dirilis Senin, 4 November 2024, dana pihak ketiga (DPK) bank ini tumbuh 12,85 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp123,73 triliun dari Rp109,64 triliun pada September 2023.
Pada sisi kredit, bank yang dipimpin Hariyono Tjahjarijadi sebagai direktur utama ini berhasil mencatatkan pertumbuhan portofolio kredit 5,09 persen menjadi Rp106,37 triliun dibandingkan Rp101,22 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan DPK ditopang oleh peningkatan deposito sebesar 15,15 persen menjadi Rp107,67 triliun dan tabungan yang naik 2,67 persen menjadi Rp11,23 triliun. Adapun giro terkontraksi 7,11 persen menjadi Rp4,82 triliun.
Baca juga: Bank Mayapada & Alam Sutera Group Kerja Sama Pembiayaan Kredit Properti, Tawarkan Suku Bunga Mulai 4,5 Persen
Kualitas kredit Bank Mayapada menunjukkan perbaikan. NPL gross turun dari 3,8 persen menjadi 3,68 persen dan NPL net turun dari 2,93 persen menjadi 2,75 persen. Perbaikan NPL ini menggambarkan Bank Mayapada lebih fokus pada strategi aset berkualitas.
Sementara, rasio loan to deposit ratio (LDR) Bank Mayapada terlihat semakin prudent. Per September 2024, LDR tercatat 85,71 persen menurun dari 92,18 persen di September 2023. LDR yang makin rendah ini juga mengindikasikan bahwa bank ini memiliki likuiditas yang kuat, mengingat rentang LDR ideal adalah antara 78 persen hingga 92 persen.
Selain itu, total aset Bank Mayapada per akhir September 2024 tumbuh 9,78 persen menjadi Rp148,65 triliun dibandingkan Rp135,41 triliun pada September 2023. Kenaikan ini menegaskan pertumbuhan yang stabil dalam pengelolaan sumber daya perusahaan pada Bank Mayapada.
Modal inti bank ini juga tumbuh signifikan sebesar 16,70 persen menjadi Rp13,78 triliun, memperkuat struktur permodalan dengan rasio capital adequacy ratio (CAR) yang naik tipis dari 11,4 persen menjadi 11,71 persen.
Hanya saja, di sisi profitabilitas, Bank Mayapada mengalami penurunan laba bersih pada September 2024 sebesar 29,40 persen menjadi Rp46,62 miliar dari Rp66,03 miliar pada September 2023
Tapi, meski laba bersih turun, bank ini berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 30,60 persen dari Rp1,41 triliun menjadi Rp1,84 triliun. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga yang naik 22,93 persen menjadi Rp8,03 triliun, sementara beban bunga turut meningkat 20,82 persen menjadi Rp6,19 triliun.
Baca juga: Kinerja Bank SMBC Indonesia per September 2024: Kredit Naik 16,08 Persen, Laba Susut 4,19 Persen
Kendati pendapatan bunga bersih tumbuh signifikan, beban operasional lainnya meningkat tajam hingga 34,25 persen menjadi Rp1,78 triliun. Peningkatan beban ini turut memberikan tekanan pada laba bersih bank ini. Rasio efisiensi operasional (BOPO) Bank Mayapada juga mengalami sedikit peningkatan dari 98,77 persen menjadi 99,27 persen, menandakan tantangan dalam pengelolaan efisiensi biaya operasional.
Kendati dihadapkan pada tantangan efisiensi yang menekan laba bersih, tapi peningkatan aset, kredit, dan DPK menunjukkan performa intermediasi yang kuat dan kepercayaan nasabah yang masih tinggi terhadap Bank Mayapada. Bank ini tetap menunjukkan daya tahan yang positif meskipun perlu memperbaiki strategi pengelolaan beban operasional untuk mendukung profitabilitas ke depannya. (*) Ari Nugroho