Jakarta – Dalam hasil riset Populix terbaru berjudul “Indonesian Shopper Behavior on Promotion Week in the Face of Economic Uncertainty 2023” yang membahas tentang perilaku berbelanja, serta pengaruh kampanye promosi terhadap gaya belanja masyarakat Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi 2023, ditemukan bahwa 67% masyarakat Indonesia ternyata antusias menyambut beragam promosi belanja online di tahun ini, meskipun dibayang-bayangi ketidakpastian kondisi ekonomi.
Hasil survei juga menemukan bahwa setengah dari masyarakat Indonesia cenderung membeli barang di luar dari daftar belanja mereka, baik untuk pembelian secara online maupun offline.
“Survei kami menemukan bahwa orang Indonesia memiliki tendensi melakukan pembelian produk secara spontan di luar daftar belanja mereka, atau yang dikenal dengan istilah impulsive buying. Hal ini terutama didorong oleh adanya kesempatan untuk memiliki produk yang sudah lama diinginkan tetapi baru bisa dibeli sekarang, dan sebagai bentuk apresiasi untuk diri sendiri (self-reward). Selain itu, kampanye promosi juga menjadi faktor pendorong kuat bagi masyarakat dalam melakukan impulsive buying,” ujar Timothy Astandu selaku Co-Founder dan CEO Populix, seperti dikutip Senin, 20 Februari 2023.
Dari survei yang dilakukan terhadap 1.086 laki-laki dan perempuan berusia 18-55 tahun, ditemukan bahwa meskipun masyarakat Indonesia saat ini sudah terbiasa dengan berbelanja secara online maupun offline, tetapi 63% di antara mereka mengatakan lebih menyukai berbelanja secara online. Beberapa alasan masyarakat lebih menyukai berbelanja secara online adalah hemat waktu dan tenaga (75%), dapat membandingkan harga produk dengan toko lainnya (63%), bisa mendapatkan cashback (60%), gratis ongkos kirim (53%), lebih banyak opsi metode pembayaran (48%), memiliki lebih banyak variasi produk (47%), dan dapat membaca review terkait penjual (47%).
Sementara itu, 37% masyarakat yang lebih memilih berbelanja langsung di toko menyatakan lebih menyukainya karena dapat melihat produk secara langsung (78%), dapat langsung membawa pulang barang yang dibeli (68%), meminimalisasi risiko barang rusak atau hilang (61%), dapat mencoba barang sebelum membelinya (57%), kegiatan berbelanja tersebut menjadi bentuk refreshing untuk diri sendiri atau keluarga (42%), bisa mendapatkan penjelasan lengkap dari penjual (38%), dan mendapatkan inspirasi untuk membeli produk lain yang ada di toko (26%).
Selanjutnya, kategori produk yang sering dibeli oleh masyarakat adalah produk kebutuhan utama seperti makanan dan minuman (69%), kebutuhan sehari-hari (68%), fashion dan pakaian olahraga (59%), serta bahan makanan segar (41%). Selain itu, produk lain yang juga banyak dibeli oleh masyarakat adalah produk-produk perawatan diri seperti produk perawatan tubuh (48%) dan kosmetik (39%).
Menariknya, selain berbelanja produk kebutuhan utama dan perawatan diri, survei memperlihatkan bahwa 52% masyarakat juga menyatakan pernah membeli voucher promo dari platform online dengan alasan untuk mendapatkan diskon (79%), ingin mencoba (38%), dan memang sudah terbiasa membeli voucher promo (22%). Adapun mayoritas voucher yang dibeli tersebut biasanya ditukarkan di restoran (34%), hotel (29%), dan bioskop (21%).
Dalam survei yang sama, ditemukan juga bahwa lebih dari setengah masyarakat Indonesia memiliki tendensi perilaku berbelanja secara impulsif. Faktor-faktor yang menjadi alasan pendorong masyarakat berbelanja di luar perencanaan adalah sudah ada keinginan membeli tetapi baru dapat membelinya saat ini (40%), bentuk apresiasi untuk diri sendiri atau self-reward (39%), tergiur dengan promo menarik dari penjual (35%), tergiur dengan diskon dari platform saat momentum festival belanja, seperti diskon tanggal kembar (34%), gratis ongkos kirim (31%), mendapatkan cashback (31%), serta mendapatkan voucher belanja (25%).
Antusiasme Belanja Masyarakat di Tengah Kampanye Promosi
Mayoritas (91%) masyarakat mengatakan pernah berbelanja saat kampanye promosi berlangsung di platform belanja online, seperti pada momentum tanggal kembar, Harbolnas, payday,dan sebagainya. Bahkan, 67% responden survei mengatakan sangat antusias dalam menyambut kampanye promosi karena bisa mendapatkan tambahan gratis ongkos kirim (75%), flash sale (69%), dan diskon ganda (60%).
Beberapa platform belanja online yang menjadi idaman masyarakat, yakni E-commerce (99%) mencakup Shopee (85%), Tokopedia (51%), dan Lazada (25%). Lalu, Social commerce (84%) mencakup TikTok Shop (57%), Instagram Shopping (26%), dan WhatsApp (22%). Sementara untuk aplikasi perjalanan (75%) mencakup Traveloka (59%) dan Tiket.com (31%).
Di sisi lain, ada juga beberapa hal yang membuat masyarakat tidak tertarik mengikuti kampanye promosi, yakni khawatir akan membeli barang yang tidak dibutuhkan (50%), tidak memiliki anggaran (36%), dan perbedaan harga yang tidak terlalu jauh dari harga normal (31%).
Pengaruh Isu Resesi terhadap Perilaku Belanja
Di tengah isu dan imbauan resesi tahun 2023, masyarakat Indonesia juga tengah bersiap dan menyusun strategi dalam aktivitas belanja mereka. Sebanyak 43% masyarakat mengatakan hanya akan membeli barang kebutuhan utama, 22% masyarakat akan mencari barang yang lebih murah dengan merek yang sama, 12% akan mencari barang yang lebih murah meskipun harus berganti merek, 2% akan mengumpulkan stok sebelum resesi benar-benar terjadi, dan 1% mengatakan akan lebih banyak menggunakan cicilan.
Menariknya, terdapat juga 20% masyarakat yang mengatakan tidak akan ada perubahan dalam perilaku belanja mereka, terutama para Generasi Z, serta masyarakat menengah ke bawah yang memang sudah berbelanja secara minim.
Selain itu, masyarakat akan lebih mengutamakan untuk membeli produk kebutuhan sehari-hari (62%), makanan dan minuman (50%), dan perawatan tubuh (31%). Sedangkan, fashion dan pakaian olahraga (24%), produk elektronik (9%), serta teknologi dan gadget (8%) akan cenderung ditunda pembeliannya selama resesi karena bukan kebutuhan utama (64%) dan tidak mendesak (53%). (*) Steven Widjaja