Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping (Foto: AFP)
Jakarta – Sejumlah peristiwa penting terjadi selama sepekan lalu. Kumpulan peristiwa tersebut dinilai bakal berdampak pada ekonomi global. Tak terkucuali berimbas ke ekonomi Tanah Air.
Terbaru, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali membuat kontroversi menunda penerapan tarif impor. Tapi, kebijakan tersebut tak berlaku bagi China. Justru dikenakan tarif tinggi hingga 245 persen.
Kabar baiknya, Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2025 turun dibandingkan bulan sebelumnya menjadi USD427,2 miliar atau setara Rp7.196,2 triliun.
Berikut rincian kejadian ekonomi selama sepekan yang dirangkum dari berbagai sumber:
Presiden AS Donald Trump, kembali membuat langkah kontroversial dengan menunda penerapan tarif impor selama 90 hari untuk sebagian besar negara.
Namun, kebijakan ini tidak berlaku bagi Tiongkok yang justru dikenakan tarif tinggi hingga 245 persen, sebagai respons atas tindakan balasan Tiongkok sebelumnya yang menetapkan tarif 125 persen terhadap produk asal AS.
Baca juga: Rupiah Diproyeksi Menguat Imbas Pernyataan Trump Meminta The Fed Pangkas Suku Bunga
Pada Maret 2025, penjualan ritel di AS melonjak +1,4 persen month to month (mom) dibanding Februari 2025 di level +0,2 persen. Ini melampaui ekspektasi konsensus di level +1,3 persen mom dan menandai pertumbuhan terbesar sejak Januari 2023.
Realisasi ini didorong oleh peningkatan penjualan kendaraan bermotor dan suku cadang (+5,3 persen mom), seiring percepatan pembelian guna menghindari tarif impor.
BI mencatat ULN Indonesia pada Februari 2025 turun dibandingkan bulan sebelumnya menjadi USD427,2 miliar atau setara Rp7.196,2 triliun. Terjadi perlambatan ULN sektor publik, kontraksi sektor swasta, serta penguatan dolar AS.
Sementara itu pertumbuhan ULN pemerintah juga melambat jadi 5,1 persen dari 5,3 persen secara tahunan akibat pergeseran dana asing keluar dari SBN.
Pemerintah resmi menaikkan tarif royalti untuk sejumlah komoditas mineral seperti nikel, tembaga, dan emas melalui PP No. 19/2025, serta menyesuaikan tarif royalti batu bara untuk pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) lewat PP No. 18/2025.
Kebijakan ini sejalan dengan usulan Kementerian ESDM pada Maret lalu, dengan mayoritas mineral mengalami kenaikan tarif, sementara tarif royalti batu bara IUPK justru diturunkan.
Harga batu bara berjangka Newcastle* untuk April 2025 turun -1,3 persen ke level 94,25 dolar AS per ton, menandai level terendah sejak Mei 2021.
Harga batu bara sendiri telah anjlok dalam beberapa bulan terakhir seiring penurunan permintaan dari China yang mengalami kelebihan pasokan, sementara produksi batu bara bulanan China mencapai all–time high pada Maret 2025.
Baca juga: Ekonom Prediksi Penerimaan Pajak 2025 Tak Capai Target
Ancaman tarif Trump dinilai akan memengaruhi neraca perdagangan Indonesia. Catatan surplus neraca perdagangan Indonesia yang telah berlangsung selama sejak Mei 2020 hingga Februari 2025, terancam berakhir.
Diketahui, perkembangan ekspor dan impor Maret 2025 Indonesia akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini.
Di sisi lain, upaya pemerintah Indonesia meredam tarif Trump dengan negoisasi bertemu dengan perwakilan Dagang AS (USTR) beberapa hari lalu. Hanya saja, pertemuan tersebut belum menghasilkan kesepakatan. (*)Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More
Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More
Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More