Jakarta – Pandemi Covid-19 yang masih merebak telah memukul perekonomian nasional. Bahkan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut jika ekonomi Indonesia akan masuk jurang resesi pada kuartal III 2020.
Ekonom Senior Aviliani menyatakan, hingga akhir tahun ini memang merupakan masa yang sangat berat bagi seluruh sektor ekonomi, termasuk asuransi. Oleh karena itu, beberapa hal perlu dilakukan industri agar dapat bertahan.
“Adalah konsolidasi. Saat ini pasar tidak bisa diciptakan dengan memaksakan, salah satu persoalannya karena tidak ada demand. Kalau tidak ada demand, otomatis semua perusahaan termasuk asuransi tidak bisa ekspansi, namun potensi itu masih ada,” ujarnya di Jakarta, Jumat, 9 Oktober 2020.
Problemnya, tambah Aviliani, saat ini banyak orang yang berusaha mengurangi pengeluaran untuk dapat bertahan hidup dan menyimpan uangnya di bank karena menganggap masa pandemi masih akan panjang. Hal ini pula yang berdampak terhadap bisnis asuransi yang rendah.
Namun begitu, ia melihat masih ada potensi yang bisa digarap oleh industri asuransi, yakni menyasar sektor informal. Ia melihat, potensi sektor informal kecenderungannya semakin lama terus meningkat, yang disebabkan oleh perubahan model organisasi.
Menurutnya, saat ini, masyarakat lebih suka bekerja dengan banyak perusahaan, otomatis pendapatannya pun makin meningkat.
“Asuransi bisa masuk pada sektor-sektor informal yang punya potensi, karena pendapatannya mungkin di atas Rp7,5 juta. Tetapi karena mereka masuk sektor informal, masih belum dilirik perusahaan-perusahaan asuransi,” tambah Aviliani.
Lalu, perlunya juga pengembangan produk asuransi yang harus disesuaikan dengan sektor informal. Karena pendapatan pekerja di sektor informal tidak tetap, maka pola pembayaran iurannya bisa disesuaikan, tidak terpaku membayar iuran setiap bulan atau setiap tahun.
Potensi lain yang bisa digarap industri asuransi, tambah Aviliani adalah, saat ini milenial tidak hanya menabung untuk berwisata, namun ada kecenderungan mulai masuk ke pasar saham dan obligasi, tidak menutup kemungkinan juga untuk industri asuransi masuk di dalamnya. Selain itu, banyak segmen menengah ke atas yang masih membutuhkan asuransi dengan jumlah besar selain BPJS Ketenagakerjaan.
“Di sisi bisnis, asuransi juga memiliki potensi. Di mana khususnya di peer to peer (p2p) lending, itu sekarang ini kan kecenderungannya banyak risiko. Nah ini juga bisa dimasuki oleh asuransi, karena asuransi kredit ini masih relatif rendah di Indonesia. Kalaupun ada itu biasanya hanya ada di bank-bank BUMN,” tegas Aviliani (*) Bagus Kasanjanu
Editor: Rezkiana Np