Ekonomi Global Masih Tidak Pasti, Ekonom Ramal Suku Bunga BI Hingga Akhir Tahun

Ekonomi Global Masih Tidak Pasti, Ekonom Ramal Suku Bunga BI Hingga Akhir Tahun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuannya atau BI7DRR di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur Juli 2023. Keputusan tersebut diyakini memadai untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah guna mengendalikan imported inflation dan memitigasi dampak limpahan ketidakpastian pasar keuangan global.

Menanggapi hal ini, Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman memprediksi bahwa BI masih akan mempertahankan suku bunganya di 5,75% di sisa tahun 2023. Namun, penting bagi BI untuk tetap mewaspadai perkembangan ekonomi global yang terus diwarnai ketidakpastian yang signifikan.

“Ekspektasi kami tetap bahwa BI akan mempertahankan BI-7DRRR sebesar 5,75% untuk sisa tahun 2023,” kata Faisal dalam keterangannya dikutip, 26 Juli 2023.

Baca juga: Bos BI Prediksi The Fed Naikkan Suku Bunga 2 Kali Lagi hingga Akhir 2023

Lebih lanjut, mengenai situasi global, bank sentral global utama seperti The Fed, ECB, dan BoE telah memberikan sinyal untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter mereka di sisa tahun 2023. Hal ini menyebabkan ketidakpastian pasar keuangan global meningkat.

Namun, baik pasar obligasi maupun saham Indonesia tetap mencatat net inflow year-to-date. Neraca perdagangan Indonesia juga terus mencatat surplus. Selain itu, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor Hasil Ekspor Devisa Hasil Eksploitasi, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam yang berlaku efektif 1 Agustus 2023 sebagai langkah strategis untuk meningkatkan likuiditas valas dan mengurangi tekanan nilai tukar Rupiah.

“Kami melihat bahwa faktor-faktor ini dapat memberikan dukungan terhadap stabilitas nilai tukar Rupiah,” ungkapnya.

Selain itu, pihaknya juga mengantisipasi bahwa BI akan merespons dengan cermat keputusan The Fed dalam pertemuan FOMC Juli 2023, di mana kenaikan FFR (Fed Funds Rate) diperkirakan sebesar 25 bps. Dampak transmisi FFR terhadap Indonesia akan semakin nyata melalui imbal hasil obligasi pemerintah.

Baca juga: Menkeu Waspadai Pelemahan Ekonomi Global Akibat Suku Bunga Tinggi

“Jika imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun bertahan di sekitar 6%, kami pikir BI tidak perlu menaikkan BI-7DRRR. Selain itu, jika tingkat inflasi tetap terkendali dengan baik dalam kisaran sasaran di semester II 2023, akan ada ruang terbatas untuk kenaikan,” pungkasnya.

Di sisi domestik, tingkat inflasi Indonesia hingga Juni 2023 turun ke kisaran sasaran BI 2 – 4%, atau tepatnya sebesar 3,52% yoy, berkat upaya pemerintah dalam mengendalikan harga dan pasokan pangan.

“Kami memperkirakan inflasi akan terus mereda dan tetap berada dalam kisaran target ke depan. Namun, penting untuk berhati-hati tentang dampak El Nino dan cuaca ekstrem terhadap inflasi pangan dalam waktu dekat,” tambah Faisal. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News