Poin Penting
- Target pertumbuhan kredit 12 persen pada 2026 dinilai realistis, jika pemerintah mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi sejak awal tahun.
- Tantangan utama ada pada kualitas aset kredit konsumer dan UMKM, yang masih menghadapi kenaikan NPL, sementara segmen korporasi relatif stabil.
- Pemulihan permintaan kredit diperkirakan menguat pada semester II 2026, seiring belanja pemerintah, momentum musiman, dan perbaikan daya beli masyarakat.
Jakarta - Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro merespons optimistis target pertumbuhan kredit Bank Indonesia (BI) pada 2026 yang dipatok di kisaran 8 hingga 12 persen. Target tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan kredit 2025 yang berada di rentang 8 hingga 11 persen.
Menurut Andry, target pertumbuhan kredit tersebut berpeluang tercapai pada tahun depan. Pasalnya, perlambatan pertumbuhan kredit sepanjang 2025 disebabkan hilangnya momentum di kuartal I, seiring turunnya belanja pemerintah secara signifikan.
“Tahun depan dengan catatan memang di kuartal 1, kuartal 2 itu kemudian pemerintah bisa mulai genjot lagi pertumbuhan (ekonomi) seperti yang kata Pak Menkeu ya, harusnya bisa dorong momentum pertumbuhan kredit,” kata Asmo sapaan akrab Andry saat ditemui usai Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025, Jumat, 28 November 2025.
Baca juga: DEN Yakin Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Bisa Dicapai, Ini Jurusnya
Selain faktor pertumbuhan ekonomi, Asmo menekankan pentingnya menjaga kualitas aset, terutama pada segmen kredit konsumer dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kedua segmen tersebut saat ini menghadapi peningkatan risiko kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL).
Sementara itu, kondisi kualitas aset pada segmen kredit korporasi dan komersial dinilai masih relatif terjaga.
“Kalau kita bisa menjaga kemudian mendorong purchasing power masyarakat yang di segmen bawah ini itu harusnya bisa revamp lagi, paling nggak kualitas asetnya jadi relatif lebih baik,” tambahnya.
Pemulihan Kredit Bergantung Pertumbuhan Ekonomi
Andry menilai, lemahnya permintaan kredit saat ini bersifat sementara dan diperkirakan akan membaik seiring pemulihan pertumbuhan ekonomi.
“Pertumbuhan kredit kan mengikuti juga dari pemulihan pertumbuhan ekonomi gitu ya. Kalau lihat pertumbuhan ekonomi sekarang di 5, 5,1 persen misalnya atau tahun ini full year-nya 5,1 persen, itu sebenarnya ada potensi kemudian pertumbuhan kreditnya di 2026 sendiri juga bisa, terutama demand-nya juga akan relatif lebih baik,” ungkapnya.
Baca juga: Bos Citi Indonesia Optimistis Permintaan Kredit Pulih pada 2026
Momentum Kredit Diperkirakan Menguat di Semester II
Ia memperkirakan pertumbuhan kredit yang kuat biasanya terjadi pada kuartal II hingga kuartal IV, mengikuti momentum musiman dan aktivitas ekonomi.
“Ada kuartal 1 tahun depan itu yang ada bulan puasa lLebaran, yang harusnya juga kemudian ya kalau misalnya dibarengi dengan momentum akselerasi belanja juga Itu juga cukup baik kuartal 4 itu ada di bulan Aprilnya biasanya Maret, April itu ada kemudian musim panen. Nah challenge-nya itu adalah jaga di setengah keduanya dari di kuartal 2 sampai kuartal 3,” tandasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra









