Jakarta – Pemerintah optimis jumlah wisatawan mancanegara pada 2019 ini bisa mencapai 20 juta kunjungan. Target 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019 dicetuskan oleh Presiden Joko Widodo saat pertama kali terpilih menjadi presiden pada 2014. Bahkan tempat wisata-wisata baru terus dikembangkan.
Di sisi lain, untuk dorong sumber perekonomian baru, pemerintah daerah sudah seharusnya menguasai potensi wisata. Karena mereka yang paling tahu terutama mengenai infrastruktur. Sebab, masih banyak keluhan dari masyarakat yang mau menuju tempat wisata tapi infrastruktur kurang diperhatikan.
“Berharap pariwisata sebagai modal utama investasi dunia yang perlu dijadikan dalam hal pemasukan anggaran devisa untuk negara, saya pikir sudah ada contoh misalnya Bali. Tetapi kan tidak hanya Bali saja, saya rasa masih banyak yang bisa dikembangkan,” ujar Politisi Partai NasDem, Pudji Hartanto, dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis, 28 Februari 2019.
Ia mengatakan pariwisata di Indonesia sebenarnya sudah banyak yang kelasnya dunia, misalnya Borobudur hingga Raja Ampat. Bahkan, masih banyak lagi objek wisata lain di Indonesia. Untuk itu, pemerintah harus total menjadikan pariwisata Indonesia sebagai komoditi yang luar biasa selain Bali.
Padahal, kata dia, daerah lain menyimpan banyak potensi wisata yang nilainya luar biasa.
“Tempat objek wisata itu sendiri juga kurang jadi acuan dan magnet, misalnya masalah kecil seperti kebersihan dan manajemen,” ucapnya.
Oleh karena itu, Pudji menilai, manajemen sangat penting bagaimana melayani masyarakat yang akan wisata. Karena, ini masih sangat rendah di bidang SDM (sumber daya manusia) untuk melayani itu. Namun, untuk hal lain seperti infrastruktur sudah bagus hanya manajemen yang perlu ditingkatkan.
“Pemerintah daerah dengan ada kepedulian ditambah pemerintah pusat yang berikan instruksi, mau tidak mau ya tempat wisata ini dijadikan sebagai ikon,” jelas dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Travel Agen Indonesia Rudiana mengatakan, kinerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla dalam menggenjot jumlah wisatawan cukup positif. Khususnya mancanegara memang terjadi peningkatan dan patut diapresiasi.
“Secara peningkatan memang ada peningkatan tren naik, namun kalau dari sisi destinasi, kita lihat Bali masih utama, ada target yang belum tercapai, lalu juga ada bencana, yang membuat orang yang melakukan pembatalan ke Indonesia,” paparnya.
Dirinya mengatakan, seluruh pemangku kepentingan pariwisata memang harus berperan demi meningkatkan jumlah wisatawan ke Indonesia. Namun ia melihat justru kendala terjadi pada wisatawan domestik. “Karena tiket pesawat mahal, orang Indonesia malah tidak jadi, atau menunda keberangkatan. Akhirnya mereka malah pergi ke luar negeri, dimana tiketnya lebih murah,” tuturnya.
Dikatakan Rudi, pembangunan destinasi baru atau New Bali yang digadang-gadang pemerintah diharap segera bisa direalisasikan.
“Harapannya ke depan pemerintah lebih mempercepat New Bali, dan juga ada stabilisasi politik. Berita-berita Hoaks juga ada pengaruh ke pariwisata, mudah-mudahan politik Indonesia bisa cepat stabil, dan tidak ada bencana tentunya,” kata dia.
Menteri Pariwisata Arief Yahya beberapa waktu lalu menyatakan, dirinya yakin Indonesia bisa mengalahkan Thailand dalam hal jumlah wisman. Saat ini, rata-rata kunjungan Wisman ke Thailand mencapai 35 juta per tahun. Menurutnya, Indonesia harus berada di depan Malaysia dan Thailand.
Menurutnya, Indonesia sempat menempati peringkat 70 pada 2014 dalam hal daya saing pariwisata. Setelah melakukan pembenahan, peringkat Indonesia langsung naik 20 poin ke peringkat 50. (*)