Poin Penting
- OJK akan mengoptimalkan fungsi intermediasi sektor jasa keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
- OJK berkomitmen menjaga stabilitas sektor keuangan melalui koordinasi, pengawasan, dan kebijakan adaptif menghadapi dinamika global–domestik
- OJK mencatat kondisi ekonomi global membaik dengan tren penurunan tensi dagang dan penurunan FFR.
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan akan mengoptimalkan kinerja intermediasi sektor jasa keuangan dengan mendorong penyaluran pembiayaan ke sektor prioritas pemerintah, termasuk sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan OJK berkomitmen senantiasa menjaga stabilitas sektor jasa keuangan melalui penguatan koordinasi, pengawasan, dan kebijakan yang adaptif dalam menghadapi dinamika global dan domestik agar sektor jasa keuangan tetap resilien, kontributif, dan berdaya saing.
Selain itu, kata Mahendra, kebijakan untuk memperdalam pasar keuangan juga akan terus dikembangkan guna meningkatkan likuiditas dan memperluas basis investor. Sehingga, menurut Mahendra, peran industri keuangan memiliki peran lebih nyata dalam menggerakan perekonomian.
Baca juga: Bos OJK: Disrupsi Teknologi dan Geopolitik Jadi Peluang Sektor Jasa Keuangan
“OJK menilai sektor jasa keuangan terjaga stabil. Hal ini dilandasi kepada beberapa perkembangan, antara lain perkembangan di negara-negara ekonomi utama menunjukkan kondisi yang beragam,” kata Mahendra dalam RDK OJK, Kamis, 9 Oktober 2025.
Kata Mahendra seperti lembaga OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang merevisi pertumbuhan ekonomi global lebih kuat dibandingkan perkiraan sebelumnya pada awal tahun.
Tensi perang dagang juga dalam tren menurun, meski begitu ia mengakui terdapat potensi perang dagang maupun geopolitik kembali bergejolak.
Di Amerika Serikat (AS), lanjut Mahendra, kinerja perekonomian relatif stabil dengan pertumbuhan PDB yang relatif tinggi, meskipun pasar tenaga kerja melemah dan inflasi masih terus persisten.
Sementara, siklus penurunan Fed Fund Rate (FFR) juga telah dimulai, yang dipangkas sebesar 25 basis point (bps) dan diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun.
Selanjutnya dari Tiongkok, kata Mahendra, moderasi perekonomian masih berlanjut dengan rilis beberapa indikator utama, baik di sisi permintaan maupun penawaran yang di bawah ekspektasi pasar.
Adapun di Eropa, indikator perekonomian terpantau stagnan dengan beberapa negara ekonomi utama seperti Prancis mengalami tekanan.
“Perkembangan-perkembangan itu turut mendukung risk-on investor global sehingga pasar saham global cenderung menguat,” imbuh Mahendra.
Baca juga: Transformasi Sistem Keuangan RI oleh AI dan Blockchain, OJK Dorong Regulasi Ketat
Beralih ke domestik, kinerja perekonomian terjaga, dengan PMI manufaktur di zona ekspansi dan surplus neraca perdagangan meningkat.
“Meskipun begitu, perlu dicermati perkembangan permintaan domestik yang masih perlu didorong seiring dengan moderasi inflasi, indeks kepercayaan konsumen, serta tingkat penjualan ritel, semen, dan kendaraan,” tutup Mahendra. (*)
Editor: Galih Pratama









