Jakarta — Ditengah ketidakpastian ekonomi global dan masih lesunya nilai tukar rupiah, Bank Indonesia (BI) optimis dapat kembali menguatkan fundamental ekonomi melalui defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Pihaknya optimis dapat mengurangi CAD pada tahun 2019 hingga diangka 2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR-RI. Perry menyebut saat ini pemerintah terus berupaya untuk dapat menekan angka CAD dengan berbagai cara salah satunya dengan penerapan biodiesel 20 % (B20).
“Kami perkirakan untuk 2018 devisit transaksi berjalan kurang lebih 2,5 persen terhadap PDB. Dan Tahun depan diperkirakan akan dapat turun menjadi 2 persen,” kata Perry di Kompleks DPR RI Jakarta, Rabu 5 September 2018.
Perry menyebut, segala upaya terus dilakukan oleh pemerintah salah satunya dengan B20. Perry menyebut penerapan B20 dapat menekan impor minyak hingga US$ 6 miliar. Tak hanya itu, penggunaan B20 juga dapat menambah ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
“Melalui penerapan B20 bisa mengurangi kebutuhan impor dimana tahun ini bisa US$ 2,2 miliar dan tahun depan bisa US$ 6,6 miliar,” jelas Perry.
Selain itu, pihaknya bersama dengan pemerintah juga sedang menggenjot pariwisata untuk meningkatkan pasokan devisa dalam negeri. Perry memperkirakan tambahan devisa dari sektor ini mencapai US$ 3 miliar. Dengan demikian, setidaknya devisa meningkat US$ 12 miliar sampai US$13 miliar hingga tahun 2019.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan atau CAD masih meningkat pada triwulan II 2018. Defisit transaksi berjalan tercatat US$ 8,0 miliar atau 3,0% terhadap PDB pada triwulan II 2018, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan defisit triwulan sebelumnya sebesar US$ 5,7 miliar (2,2% PDB). (*)