Jakarta–Era digital secara perlahan mulai mendorong segala sektor industri untuk bertransformasi, termasuk sektor perbankan. Industri perbankan harus bisa mencari celah agar bisnisnya tetap bisa tumbuh di tengah persaingan yang sangat ketat jelang pasar bebas Asean (Masyarakat Ekonomi Asean/MEA).
Presiden Direktur Diebold Nixdorf Nugraha Santosa mengatakan, sejauh ini rata-rata bank-bank di Indonesia sudah menerapkan sistem digital. Namun, implementasinya di setiap bank berbeda-beda. Di mana sistem digital di perbankan harus bisa melayani nasabahnya lebih baik.
“Bank di Indonesia rata-rata sudah digital tapi gimana implementasinya. Challenge-nya dia harus melayani nasabah atau Know Your Costumer (KYC) atau kenali nasabahmu, bagaimana melayani semua ini,” ujarnya dalam seminar yang diselenggarakan Infobank dan Diebold Nixdorf, di Jakarta, Kamis, 2 Maret 2017.
Kendati demikian, kata dia, meski bank-bank di Indonesia sudah menerapkan digital banking dalam melayani nasabahnya, namun kantor cabang berbasis fisik tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Menurutnya, kantor cabang masih berperan untuk melakukan aktifitas seperti konsultasi dan sebagainya.
“Setelah membangun digital ternyata branch yang berbasis fisik itu juga penting untuk menjadi suatu ajang seperti investasi, konsultasi dan lain-lain,” ucapnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, revolusi perbankan digital perlu diterapkan di perbankan nasional dalam menghadapi pasar bebas ASEAN. Dengan menerapkan digital banking, perbankan nasional diharapkan dapat bersaing dengan bank-bank asing yang nantinya akan masuk ke Indonesia.
“Saya sering diskusi dengan teman-teman dalam menghadapi pasar bebas Asean ini. Ini merupakan waktu yang paling tepat bagi bank untuk restrukturisasi. Saya harapkan bank-bank memiliki rumusan untuk itu,” tutupnya. (*)
Editor: Paulus Yoga