Jakarta – Rupiah kembali melemah terhadap Dolar Amerika Serikat pada perdagangan, Selasa, 31 Mei 2016, kendati penurunannya hanya tipis saja. USD-IDR hanya meningkat 0,06% menuju 13,648.
Menurut Jameel Ahmad, Chief Market Analyst FXTM, pasar kemungkinan mengambil posisi waspada. Investor menunggu hasil rapat OPEC di Wina pekan ini dan data ketenagakerjaan non pertanian (Non Farm Payroll / NFP) AS yang rencananya akan berlangsung pada Jumat mendatang.
Menurut Jameel, harapan tercapainya perubahan level produksi melalui rapat OPEC ini sangat kecil, sehingga seluruh mata uang terkait ekspor komoditas terancam melemah. “Namun efek ini hanya berjangka pendek dan prospek harga minyak di jangka menengah adalah harga masih dapat menguat pada tengah tahun kedua 2016″ujarnya.
Institusi besar seperti OPEC dan IEA, lanjut Jameel, baru-baru ini mengatakan bahwa persediaan minyak global dapat mengalami penurunan dramatis pada pertengahan tahun kedua tahun ini. Jika demikian, dampaknya akan positif terhadap harga minyak dan dapat memperkuat sentimen terhadap ekonomi Indonesia.
Ancaman utama terhadap ekonomi Indonesia saat ini menurut Jameel adalah perubahan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan meningkatkan suku bunga AS di musim panas ini. Hal ini dapat mengancam terjadinya arus keluar modal dan dengan adanya harapan bahwa pemerintah Indonesia dapat meluncurkan stimulus ekonomi lebih lanjut, divergensi suku bunga antara Indonesia dan Amerika Serikat pun semakin besar.
“Sejujurnya, harga pasar belum sepenuhnya merefleksikan kemungkinan peningkatan suku bunga AS di bulan Juni atau Juli. Artinya, apabila data ekonomi Amerika Serikat semakin menguat, U$D dapat semakin berkibar dan akhirnya seluruh pasar berkembang termasuk Indonesia pun akan terpukul” pungkasnya.(*)