Jakarta–PT XL Axiata Tbk (EXCL) merupakan sebuah perusaah operator telekomunikasi hasil penggabungan dua perusahaan (merger) yakni XL dan Axis. Proses merger berhasil tercapai pada 19 Maret 2014 silam.
Mantan CEO XL Axiata, Hasnul Suhaimi merupakan salah satu tokoh yang mempunyai peran dalam proses merger tersebut. Dirinya mengungkapkan, sebenarnya kala itu XL sama sekali tidak berminat untuk mencaplok Axis.
“Waktu 2009 pemegang saham XL datang ke Indonesia, dia bilang eh dia jual Axis, XL kan waktu itu butuh frekuensi. Tapi setelah dihitung-hitung dikasih saja kami tidak mau, karena perusahaannya utangnya banyak. Akhirnya kami bilang tidak,” kenangnya saat peluncuran buku ‘Sukses Merger XL-Axis di Gedung PPM Management, Jakarta, Kamis, 14 April 2016.
Kemudian pada 2010, lanjut Hasnul, dirinya kedatangan pihak Axis. Kala itu perwakilan Axis menawarkan dengan menjanjikan bahwa Axis masih dapat terus tumbuh dengan teknologi yang dimilikinya.
Hasnul juga mendapatkan masukan dari salah satu karyawannya, bahwa sebagai perusahaan operator selular mereka harus terus mengikuti perkembangan teknologi.
Pihaknya juga mulai sadar bahwa bahwa XL belum memiliki frekuensi 1800 Mhz yang merupakan sumberdaya untuk layanan data yang menggunakan teknologi 4G.
“Kami akhirnya melihat ke pasar, yang memiliki frekuensi tersebut dipasar paling Indosat, kan tidak mungkin diakuisis. Akhirnya tinggalah Axis dan 3,” imbuhnya.
Akhirnya dengan didasari kebutuhan untuk terus berkembang, XL pun memutuskan untuk melakukan akuisisi Axis. Dengan merger tersebut akhirnya XL Axiata bisa mendapatkan frekuensi 1800 MHz yang akhirnya bisa memberikan layanan 4G.
“Saat itu saya bilang oke kalau tidak ada 4G kita tidak akan sukses. Karena percuma jika kami sukses kala itu tapi di masa depan kami tertinggal,” pungkasnya. (*) Dwitya Putra
Editor: Paulus Yoga