Jakarta – Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kembali melebar di kuartal II 2025 menjadi sebesar USD6,7 miliar atau meningkat dari defisit USD800 juta pada kuartal sebelumnya.
Tidak hanya itu, defisit transaksi berjalan (CAD) tercatat senilai USD5,2 miliar atau 0,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau naik dari USD400 juta pada kuartal I 2025.
Manajemen Panin Sekuritas, menyatakan bahwa pelebaran CAD dan defisit NPI mencerminkan kombinasi tekanan eksternal dan domestik.
Baca juga: Prabowo Ingin APBN Tanpa Defisit, Ini Jawaban Sri Mulyani
Dari sisi eksternal, lonjakan biaya impor energi serta ketidakpastian global menekan arus modal masuk.
“Dari sisi domestik, meski pertumbuhan ekonomi stabil, ketergantungan pada impor migas dan rendahnya diversifikasi pembiayaan membuat NPI lebih rentan,” tulis manajemen Panin Sekuritas dalam risetnya di Jakarta, 22 Agustus 2025.
CAD yang melebar berpotensi meningkatkan pembiayaan eksternal dan memberikan tekanan tambahan kepada nilai tukar rupiah.
Baca juga: BI Ungkap Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan II 2025
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah kembali melemah atau mengalami penurunan 0,33 persen ke level Rp16.341 per dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini (22/8) pukul 09:09 WIB.
Sehingga, kedepannya, diperlukan stabilisasi kurs dan upaya memperdalam basis investor domestik dalam Surat Berharga Negara (SBN) agar menjadi kunci untuk menjaga ketahanan sektor eksternal. (*)
Editor: Galih Pratama









