Jakarta – Perusahaan pembiayaan (multifinance) diyakini masih akan terus tumbuh sejalan dengan perekonomian nasional yang diprediksi terus membaik, meski kondisi ekonomi global tengah bergejolak. Daya beli masyarakat menjadi kunci utama bagi industri pembiayaan untuk dapat umbuh dan berkembang.
Pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh EVP Manajemen Risiko Bank BCA, Eduardo Guntoro Purba, dalam seminar Infobank bertema “Manajemen Risiko Pembiayaan Multifinance: Bagaimana Melihat Multifinance Sekarang dan Dimasa Datang” di Jakarta, Kamis, 6 September 2018. Menurutnya, kondisi perekonomian sangat berdampak pada bisnis perusahaan pembiayaan.
“Yang penting itu adalah daya beli masyarakat itu sendiri. Ketika terjadi krisis, dana bank itu le ih tertata. Dan ini akan memberikan pengaruh ke perusahaan pembiayaan,” ujarnya.
Di sisi lain, tambah dia, kondisi perekonomian global juga akan mempengaruhi industri keuangan nasional. Terlebih, jika perbankan mengalami kesulitan likuiditas, tentu kondisi ini akan memberikan impek yang besar terhadap penyaluran pinjaman ke perusahaan pembiayaan. Bank biasanya lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya yang bertujuan untuk menjaga rasio kredit bermasalahnya.
Baca juga: Inilah Multifinance yang Dapat Awards dari Infobank
“Konsep pelepasan kredit pd dasarnya bank melihat hubungan atau relationship yang panjang dan baik terhadap perusahaan pembiayaan. Melakukan suatu action terhadap multifinance, yang utama adalah apakah faktor-faktor eksternal akan pengaruhi multifinance itu dan terimpek pada pendanaan kita,” ucap dia.
Di tempat yang sama Ketua Umum APPI, Suwandi Wiratno menambahkan, bahwa industri pembiayaan terus memperlihatkan kinerja yang positif hingga pertengahan tahun yang tercermin dari pertumbuhan piutang pembiayaan mencapai 5,5 persen hingga akhir Juli 2018 atau menjadi Rp429 triliun, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp406,5 triliun.
Kinerja piutang pembiayaan tersebut telah mendorong laba perusahaan pembiayaan hingga Juli 2018 yang tercatat sebesar Rp9,4 triliun, atau mengalami peningkatan tajam yakni mencapai 27,6 persen bila dibandingkan dengan perolehan laba perusahaan pembiayaan di akhir Juli tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp7,3 triliun.
“Kondisi ekonomi di tahun ini menunjukan geliat yang lebih tinggi ketimbang 2017. Di antaranya adalah daya beli yang mulai membaik,” paparnya. (*)