Nusa Dua–Bank Indonesia (BI) mengklaim pengkinian data utang luar negeri (ULN) swasta sangat membantu bank sentral dalam memitigasi risiko krisis ekonomi. Hal ini tentu sangat bermanfaat dalam menjaga stabilitas sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Menurut Deputi Gubernur BI, Sugeng, bahwa krisis ekonomi pada periode 1997-1998 menghampiri Indonesia salah satunya akibat eksposur utang luar negeri (ULN) swasta atau korporasi yang berlebihan. Sehingga ketika nilai tukar rupiah ambruk, banyak korporasi tumbang akibat tidak bisa membayar utang-utangnya.
“Saat itu di BI juga masih kekurangan data yang diperlukan. Kita belum membangun secara baik mengenai ULN swasta. Pada waktu itu banyak korporasi yang ternyata punya utang yang outstanding sangat besar,” ujar Sugeng disela ISI Regional Statistics Conference di Nusa Dua, Rabu, 22 Maret 2017. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Jakarta - PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY) atau emiten ritel Mr.DIY, menyatakan bahwa raihan… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini, Kamis, 19… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) akan memperluas layanan BI FAST dengan menghadirkan fitur transaksi kolektif (bulk… Read More
Jakarta – Harga saham PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY) anjlok 24,24 persen atau terkena… Read More
Jakarta - Wakil Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Jakarta sekaligus Anggota Dewan Komisioner… Read More
Bali - Bank Mandiri terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung sektor kesehatan melalui penyediaan solusi perbankan… Read More