Loan to deposit ratio (LDR) Bank Mayapada makin prudent, karena pertumbuhan dana masyarakat meningkat. Non performing loan (NPL) rendah dan capital adequacy ratio (CAR) relatif tinggi. Apa rahasianya? Tim Infobank
TIDAK sedikit jalan ke Roma. Banyak jalan bagi Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) untuk terus tumbuh. Masa-masa sulit akibat pandemi COVID-19 seperti membangkitkan “tenaga dalam”-nya. Rasio keuangan pentingnya juga makin sound. Banyak jurus penting dilakukan Bank Mayapada menghadapi pandemi COVID-19 dan langkah ke depan. Hasilnya, Bank Mayapada terus tumbuh.
Ekonomi Indonesia yang kini masuk jalur resesi membuat bank-bank di Indonesia pasang kuda-kuda, tak terkecuali Bank Mayapada yang sudah siap-siap sejak April 2020 dengan setoran modal Rp4,5 triliun – posisi capital adequacy ratio (CAR) berada pada angka 19,08%. Bank Mayapada seperti sudah mengantisipasi sejak dini. Secara nasional pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan lebih kencang (7,8%) daripada pertumbuhan kredit (2,3%). Hal itu juga terjadi pada Bank Mayapada. DPK perbankan terus tumbuh.
Namun, tidak semua bank dananya mendaki. Ada yang DPK-nya naik, ada juga yang turun. Bank Mayapada adalah salah satu bank jajaran bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3 yang DPK-nya tetap tumbuh pada September 2020 ini. Likuiditas perbankan memang tetap “basah”, termasuk Bank Mayapada, dengan angka loan to deposit ratio (LDR) yang tetap prudent.
Seperti diungkapkan Heru Kristiyana, Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), beberapa waktu lalu, dalam acara Infobank, ke depan bank-bank perlu didukung modal kuat dan komitmen pemiliknya sejalan dengan peningkatan pertumbuhan bank. ”Bank-bank perlu mempersiapkan modal yang lebih untuk menghadapi tantangan ke depan yang tidak ringan,” kata Heru ketika berbicara mengenai antisipasi bank menghadapi penurunan ekonomi.
Senada dengan Heru, Fathan Subchi, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, yang menangani bidang keuangan perbankan, pun sejak awal menekankan bahwa modal dari pemilik merupakan syarat penting bagi bank menghadapi tantangan di tengah pandemi COVID-19. ”Modal dan likuiditas tidak bisa ditawar untuk antisipasi menghadapi penurunan ekonomi,” katanya, beberapa waktu lalu, dalam “Infobank TalkNews”.
Menurut catatan Biro Riset Infobank (birI), ada sejumlah hal besar yang terjadi pada sektor perbankan selama pandemi COVID-19. Satu, bank-bank mempertahankan likuiditas dengan sebaik mungkin. Dua, adanya potensi kenaikan non performing loan (NPL) seluruh segmen kredit. Tiga, tekanan terhadap net interest margin (NIM) dari seluruh jenis kredit akibat mahalnya dana.
Empat, kenaikan angka restrukturisasi kredit – yang mencapai kisaran Rp900 triliun. Atau, sudah meningkat lebih dari empat kali dibandingkan dengan pada awal sebelum pandemi COVID-19. Lima, pertumbuhan kredit yang melambat akibat tingginya risiko – didorong oleh melambatnya permintaan kredit dan langkah hati-hati perbankan. Pertumbuhan kredit hanya sekitar 1,79% selama tahun ini.
Enam, paling tidak adanya perubahan transaksi ke arah digital. ”Transaksi digital meningkat tajam selama pandemi COVID-19. Untuk itu, bank-bank harus menangkap peluang ini dengan baik. Perubahan perilaku nasabah akan mendorong pertumbuhan ekonomi lewat
transaksi digital,” kata Filianingsih Hendarta, Asisten Gubernur, Head of Payment System Policy Department Bank Indonesia (BI).
Adalah Bank Mayapada yang setidaknya dapat melalui dengan baik jalan terjal selama pandemi COVID-19. Banyak jurus dari tenaga dalam Bank Mayapada yang ditampilkan, dan hasilnya relatif baik, seperti terlihat pada rasio penting kinerjanya.
Lihat saja angka-angka yang diumumkan oleh bank dengan kode MAYA ini. Menurut Biro Riset Infobank berdasarkan data-data keuangan publikasi, Bank Mayapada setidaknya melakukan empat jurus penting.
Pertama, melakukan aset strategi ke arah kualitas aset. Ibaratnya, untuk apa aset gemuk jika banyak lemaknya. Itu terlihat dari Bank Mayapada dalam triwulan ketiga ini yang tidak menggenjot aset, tapi lebih fokus pada kualitas aset. Asetnya memang tumbuh, tapi lebih banyak pada strategi kualitas aset. Hal itu terlihat dari upaya Bank Mayapada yang menahan pertumbuhan kredit dan lebih pada kualitas kredit – tecermin dari penurunan kredit bermasalah atau NPL.
Kedua, pentingnya terus mempertahankan likuiditas, terutama ke produk giro yang cost of fund-nya relatif lebih murah. Perbaikan likuiditas ini juga akan berpengaruh pada posisi loan to deposit ratio (LDR) yang lebih prudent. Selama September 2020, meski asetnya naik dari posisi Agustus 2020, tapi pertumbuhan itu lebih disebabkan oleh peningkatan DPK-nya, terutama dari sisi giro.
Ketiga, peningkatan modal dari pemegang saham untuk terus mempertahankan posisi capital adequacy ratio(CAR) lebih prudent dan komitmen pemegang saham untuk terus mengembangkan Bank Mayapada, terutama menyangkut likuiditas dan kebutuhan modal bank. Ibaratnya, langkah kuda yang dilakukan oleh pemegang saham selalu ada di belakang bank.
Keempat, pemilik Bank Mayapada yang punya jaringan bisnis dan dukungan bisnis serta komitmen kuat untuk membesarkan bank. Itulah sesungguhnya tenaga dalam Bank Mayapada, yang membuat bank ini dapat mengarungi bisnis perbankan dengan baik.
Catatan Biro Riset Infobank sampai dengan September 2020, pemegang saham Bank Mayapada, Dato’ Sri Tahir, sudah menyetor modal sebesar Rp4,5 triliun. Komitmen ini tentu menjadi jaminan mutu bagi nasabah.
Apalagi, dalam beberapa kesempatan Dato’ Sri Tahir hadir Berkomunikasi langsung dengan nasabah. Komitmen keluarga besar Dato’ Sri Tahir dan kehadirannya di tengah nasabah memberi “vitamin” kepada Bank Mayapada di tengah pandemi COVID-19.
Langkah-langkah itu ternyata berhasil. Setidaknya beberapa indikator keuangan Bank Mayapada tumbuh di triwulan ketiga. Seperti dalam data keuangannya, posisi keuangan September 2020 merupakan yang terbaik. Bank Mayapada masih terus memupuk laba jika dibandingkan dengan posisi Juni 2020, bahkan Agustus 2020. Selama enam bulan dari Maret 2020, faktanya laba Bank Mayapada terus naik.
Laba Bank Mayapada per September 2020 mencapai Rp260,091 miliar. Memang turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, penurunan laba tidak dialami oleh Bank Mayapada sendiri. Hampir seluruh bank juga mengalami penurunan laba. Dan, yang lebih melegakan bagi pihak Bank Mayapada, kemampuan Bank Mayapada dalam mencetak laba terus membaik pada bulan-bulan terakhir 2020 ini, khususnya Agustus-September.
Bahkan, selama enam bulan (Maret-September 2020) pemupukan modal yang dilakukan Bank Mayapada trennya terus mendaki dengan angka kredit bermasalah yang rendah. Restrukturisasi kredit yang dijalankan Bank Mayapada tampaknya mulai membuahkan hasil. Bisa saja aset Bank Mayapada makin berkualitas.
Langkah “bersih-bersih” lemak sudah dijalankan dengan baik oleh Bank Mayapada. Lihat NPL Bank Mayapada. Ada hal penting, karena modalnya relatif besar (19,08%), maka langkah hapus buku kredit macet menjadi lebih baik, sehingga posisi kredit bermasalah (NPL) gross pun menurun drastis.
Nah, karena kemampuan memupuk cadangan (karena modal relatif besar) yang lebih memadai, maka kredit bermasalah (NPL net) Bank Mayapada pun rendah. Dibandingkan dengan rata-rata nasional, NPL net Bank Mayapada hanya 1,91%, sedangkan NPL net nasional dalam kisaran 2%-3%. Angka kredit bermasalah Bank Mayapada selama ini dapat ditekan dengan baik. Jadi, NPL Bank Mayapada termasuk rendah jika dibandingkan dengan NPL nasional.
Lebih jauh, yang fundamental adalah dukungan modal pemegang saham. Rasio modal naik – CAR sebesar 19,08%. Jika itu hanya mengandalkan pemupukan laba semata, rasanya sulit tercapai. Kini “kuda-kuda”/modal Bank Mayapada makin kokoh. Itu artinya, bank mempunyai bantalan modal yang kuat.
Lihat rasio modalnya, per September 2020 sebesar 19,08% atau jauh lebih kuat dibandingkan dengan per Maret 2020 dengan CAR hanya 13,75% — meski masih memadai karena ketentuan CAR itu 8%-12%. Pemegang saham bank ini punya komitmen yang besar. Hal itu dibuktikan dari pemegang saham yang menyetor modal sebesar Rp4,5 triliun dalam tahun ini – dapat dilihat di laporan keuangan September 2020 lalu. Kemampuan Bank Mayapada dalam memupuk modal pun meningkatkan posisi CAR-nya.
Jika mencermati angka-angka atau rasio-rasio keuangan Bank Mayapada, setidaknya ada sejumlah hal penting yang menarik untuk dicermati. Selain kualitas aset yang meningkat, kekuatan modal yang bertambah, Bank Mayapada punya kemampuan yang baik dalam hal mencetak laba. Lebih menariknya, dana pihak ketiga (DPK) Bank Mayapada mengalami peningkatan signifikan, terutama dari sisi giro dan deposito.
Rasio-rasio keuangan Bank Mayapada memang membaik. Dananya tumbuh dari Rp60,06 triliun (Agustus 2020) menjadi Rp61,46 triliun, hanya dalam kurun waktu satu bulan. Kenaikan ini relatif baik karena tidak mudah mencapai kepercayaan masyarakat saat ini. Efek strategisnya, likuiditasnya makin basah.
Simak posisi likuiditasnya. LDR-nya masuk zona hijau atau aman. Pada akhir tahun LDR Bank Mayapada 93,34%, kini makin prudent menjadi 87,28%. Bahkan, jika dibandingkan dengan Juni 2020 pun LDR-nya masih lebih prudent. Angka LDR 87,28% itu relatif prudent – karena likuiditasnya banjir dibandingkan dengan kreditnya – bisa juga ini dipakai untuk persiapan ekspansi di masa setelah pandemi COVID-19.
Langkah itu dinilai oleh analis merupakan langkah tepat. ”Bank-bank perlu mempertahankan likuiditas dan angka LDR harus dijaga dengan baik sesuai dengan ketentuan dan lebih baik jika di bawah 90%. Itu artinya likuiditasnya longgar,” kata Aviliani, ekonom dari Indef, dalam acara diskusi dengan Infobank.
Bisa jadi pelajaran penting di masa pendemi COVID-19 ini, khususnya bagi bank-bank, yaitu menjaga kualitas aset. Tidak berburu aset. Langkah Bank Mayapada yang dilakukan selama
enam bulan terakhir ini telah menghasilkan bank yang prudent, yang tecermin dari angka LDR dan CAR yang kuat (19,08%).
Itu artinya kepercayaan masyarakat, khususnya terhadap Bank Mayapada, terus tumbuh di masa pandemi COVID-19 ini – yang tecermin dari meningkatnya DPK dan berakibat pada likuiditas yang tetap besar (LDR) serta komitmen pemegang saham yang direpresentasikan lewat besarnya angka rasio modal (CAR) dan kredit bermasalah yang rendah (NPL).
Bank Mayapada di masa pandemi COVID-19 tetap tumbuh dengan kualitas yang lebih baik. Rahasianya? Karena, Bank Mayapada punya “tenaga dalam”, yaitu komitmen besar dari
pemiliknya yang tidak diragukan dengan lebih dari 30 tahun dengan customer based yang loyal. (*)