Dampak Kebijakan Tarif AS Terhadap Perekonomian Global dan Indonesia

Dampak Kebijakan Tarif AS Terhadap Perekonomian Global dan Indonesia

Jakarta – Kebijakan tarif impor yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, belakangan ini memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi global, terutama bagi negara-negara yang memiliki keterkaitan perdagangan dengan AS, termasuk Indonesia.

Melihat hal itu, Economist KISI Asset Management, Arfian Prasetya Aji, menyebut bahwa tarif impor yang diterapkan AS terhadap Kanada, Meksiko, dan China dapat memperburuk ketidakpastian ekonomi global serta memengaruhi arah kebijakan suku bunga The Fed.

Penerapan tarif impor meningkatkan harga barang yang masuk ke AS karena perusahaan harus membayar tarif tambahan untuk barang yang diimpor.

Baca juga: Rupiah Diproyeksi Mengalami Tekanan Akibat Sentimen Tarif Trump

Dampak terhadap Inflasi dan Kebijakan Suku Bunga

Kenaikan harga barang akibat tarif impor ini umumnya dibebankan kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi, sehingga mendorong inflasi. Meningkatnya inflasi di AS akan memperkecil ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga.

“Imbasnya adalah ekspektasi terhadap US Treasury Yield akan tetap tinggi dan dampaknya ke Indonesia adalah ruang pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) pun akan turut lebih terbatas, di lain sisi diperlukan pemangkasan lebih lanjut guna mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujar Arfian dalam keterangan resmi dikutip, Selasa, 18 Februari 2025.

Baca juga: BI Sediakan Tiga Instrumen Baru Penempatan DHE SDA

Selain itu, inflasi yang tinggi di AS berpotensi membuat The Fed tetap bersikap hawkish dalam kebijakan moneternya. Sebaliknya, inflasi Indonesia yang relatif rendah memberikan ruang bagi BI untuk mengurangi suku bunga guna mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.

Namun, BI tetap perlu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nilai tukar. Jika The Fed mempertahankan suku bunganya, nilai tukar rupiah berpotensi mengalami tekanan.

“Pihak terkait di Indonesia, termasuk BI dan Kementerian Keuangan, diharapkan dapat memanfaatkan ruang moneter dan fiskal yang ada untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makroekonomi di tahun 2025,” imbuhnya.

Baca juga: MIF 2025: Strategi Investasi dan Inovasi Dorong Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Sinyal Positif dari Manufaktur Indonesia

Di sisi lain, sektor industri manufaktur Indonesia menunjukkan tren positif. Pada Januari 2025, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur naik menjadi 51,9, meningkat dari 51,2 pada bulan sebelumnya.

Indikator ini menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur mulai bangkit dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan biaya output yang relatif rendah serta pesanan yang meningkat, Indonesia berpotensi mencatatkan pertumbuhan yang lebih baik pada kuartal ini. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

Top News

News Update