Kedua, lanjutnya, apabila dilihat dari perubahan distribusi penduduk menurut golongan pengeluaran, ternyata penyempitan ketimpangan lebih banyak didorong oleh penurunan 20% golongan berpengeluaran tertinggi. Pada September 2015, 20% golongan berpengeluaran tertinggi mencapai 47,85% dari total pengeluaran penduduk, namun pada September 2016 turun 1,29% menjadi 46,56%.
Sementara 40% golongan berpengeluaran terendah hanya berkurang 0,34%, dari 17,45% pada September 2015 menjadi 17,11% pada September 2016. Dengan kata lain, kelompok masyarakat ekonomi lemah sebenarnya belum terlalu banyak berubah kesejahteraannya, hanya golongan kaya yang lebih banyak menurun pengeluarannya.
Ia pun menuturkan, bahwa pendapatan golongan atas banyak dipengaruhi antara lain oleh menurunnya ekspektasi ekonomi (BPS menggunakan data pengeluaran sebagai proxy data pendapatan) dan perlambatan aktivitas ekspor akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi global (contoh pelaku bisnis ekspor pertambangan). Aktivitas ekspor-impor sendiri dalam beberapa tahun terakhir mengalami perlambatan yang lebih dalam dibandingkan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia secara umum.
Artinya, imbuh Faisal, perbaikan Rasio Gini juga belum menunjukkan perbaikan pemerataan kesejahteraan yang ideal, yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat golongan bawah, sehingga masuk ke kategori menengah. (*)