Jakarta - Hampir seluruh sektor kini mengadopsi teknologi digital dalam ekosistem bisnis mereka. Dari sekian banyak sektor, perbankan menjadi salah satu yang paling progresif dalam penerapan teknologi digital dalam beberapa tahun terakhir.
Perbankan menjadi sekor yang menerapkan teknologi digital secara ketat di bawah pengawasan regulator. Terkait hal ini, Jul Darmawan selaku Director of Partner Success di Global Asia Sinergi, salah satu penyedia solusi IT dengan 80 persen klien dari perbankan, mengungkapkan bahwa otomatisasi operasional menjadi salah satu tren penting di industri perbankan saat ini.
“Karena secara logika saja, suatu perbankan itu biasa kantor cabangnya banyak. Employee-nya banyak. Jadi, tidak terhindarkan sudah pasti teknologi digunakan,” tegas Jul saat ditemui Infobank di acara Global Technology Industry Association (GTIA) ASEAN Community Meeting di Jakarta, Selasa, 16 September 2025.
Kondisi internal bisnis yang kompleks, ditambah pengawasan ketat regulator, membuat teknologi menjadi krusial bagi lembaga jasa keuangan, khususnya perbankan, untuk menjawab kebutuhan secara cepat dan akurat.
Jul menjelaskan, ada beberapa tahapan penerapan teknologi digital di industri perbankan. Pada awalnya, perbankan menggunakan IT services yang fokus pada perbaikan perangkat keras.
“Itu modelnya kayak brick-fix. Rusak, kita benerin. Kayak tukang kabel listrik, tukang ledeng, gitu. Orang IT professional services itu kayak brick-fix, gitu,” ujarnya.
Baca juga: Automasi Berdampak Pada Pengurangan Jumlah Pekerja
Selanjutnya, tren beralih pada otomatisasi, yang membantu mempermudah pemrosesan dalam sistem operasional perbankan yang kompleks. Dengan banyaknys kantor cabang, pegawai, dan perangkat IT, otomatisasi dianggap solusi efisien.
“Bisa dibayangkan jika ada 10.000 perangkat IT, 1 persen saja tiap hari ada permintaan support. Komputer belum update, antivirus belum update. Kalau tak diautomasi, ada berapa engineer yang harus dikirim ke berbagai lokasi, kantor cabang,” jelasnya.
Menurut Jul, tren berikutnya adalah self service, yang sebenarnya sudah umum digunakan di ranah individu, seperti melalui smartphone.
“Ini sudah terjadi sebenarnya self-service, tapi di lingkungan individual, handphone misalnya. Saya suka software ini, saya install. Tidak suka, saya uninstall. Namun, perihal self-service ini diterapkan ke dalam bisnis kan tidak mudah,” paparnya.
Baca juga: Posisi ULN Perbankan Juli 2025 USD33,65 Miliar, Swasta Nasional Paling Dominan
Pada konsep bisnis atau badan usaha, self service bisa diimplementasikan dalam bentuk software catalog. Setiap perusahaan hanya mengizinkan pengunduhan sejumlah software atau aplikasi yang benar-benar dibutuhkan dan aman secara siber.
Hal ini memungkinkan setiap bank atau divisi memiliki software catalog yang berbeda.
Masifnya adopsi artificial intelligence (AI) disebut sebagai gerbang menuju penerapan konsep self service tersebut.
“Baru kita bicara dari sisi install aplikasi. Terkait dengan service delivery lebih proaktif juga kan bisa. Sebelum kejadian IT bermasalah, dia bisa memprediksi, atau sebelum komputer kamu hard disk-nya penuh, dia bisa memprediksi sesuai behavior kamu,” terang Jul.









