Jakarta – Sektor perumahan dinilai menjadi sektor yang paling tahan terhadap krisis, bahkan bisa menjadi motor penggerak bagi perekonomian. Sektor perumahan tidak berimbas, lantaran hampir semua komponen terkait pembangunan perumahan umumnya berasal dari industri lokal dan transaksinya menggunakan rupiah.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Dasuki Amsir dalam keterangannya, di Jakarta, 20 Agustus 2018. Menurutnya, sektor yang biasanya terkena imbas gejolak krisis global yakni terkait dengan sektor ekspor dan impor karena tergantung nilai kurs dolar AS.
“Sektor perumahan masih kuat dan minim terdampak ekonomi global karena hampir seluruh elemen untuk pembangunan masih menggunakan hasil lokal,” ujar Dasuki.
Dia mengatakan, bahwa Indonesia pernah mengalami masa krisis ekonomi yang pernah terjadi pada 1998 dan 2008. Pada saat itu, sektor perumahan khususnya menengah bawah tetap jalan dan menjadi motor penggerak pembangkit perekonomian. Hal ini karena pembangunan perumahan itu terkait langsung dengan industri-industri lainnya.
“Dengan pembangunan perumahan yang bergerak, maka 117 industri terkait dari hulu ke hilir juga akan berdampak dan ini berujung pada ekonomi nasional,” ucapnya.
Baca juga: Permintaan KPR di Bengkulu Tinggi, BTN Siap Ekspansi
Karena fokus bisnis Bank BTN ada disektor perumahan dan industri turunannya, maka krisis global yang terjadi saat ini tidak signifikan berimbas ke bisnis perseroan. “Kalau rumah subsidi tidak ada konten dari luar karena hampir semuanya lokal, jadi demand tetap kuat artinya Bank BTN tidak terlalu pengaruh asal kita fokus pada bisnis perumahan,” katanya.
Dengan fokus pada bisnis perumahan, membuat kinerja keuangan BTN dalam lima tahun terakhir selalu positif. Tak heran jika perseroan mendapatkan penghargaan Platinum Award dalam ajang Infobank Award 2018 di Yogyakarta pada 15 Agustus lalu. Dalam ajang Infobank Award 2018 tersebut, BTN meraih penghargaan Platinum Award atau Bank berkinerja sangat baik selama sepuluh tahun berturut-turut.
“Kami berharap penghargaan ini dapat memacu seluruh pegawai BTN untuk bekerja lebih giat lagi agar kinerja perusahaan semakin bagus,” papar Dasuki.
Berdasarkan kinerja Bank BTN Semester I 2018, aset BTN tercatat sebesar Rp268 triliun, atau naik 104 persen dibanding total aset pada 2013 yang hanya Rp131 triliun. Untuk penyaluran kredit juga naik 100 persen dari Rp100 triliun pada 2013 menjadi Rp211 triliun pada Semester I 2018. Untuk total DPK juga melonjak dari Rp96 triliun pada 2013, menjadi Rp189 triliun di akhir Juni 2018.
“Setiap tahunnya pertumbuhan bisnis BTN selalu di atas rata-rata industri. Maka wajar kita mendapatkan penghargaan bank yang berkinerja terbaik dalam sepuluh tahun terakhir tersebut,” tutupnya. (*)