Jakarta – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan melakukan peluncuran aplikasi mobile banking baru milik PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk, (BSI) buntut serangan siber yang menerpa BSI beberapa waktu lalu.
Nantinya, kualitas layanan dari aplikasi mobile banking tersebut setara dengan kualitas keamanan mobile banking milik PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yakni Livin’ by Mandiri.
Peluncuran aplikasi tersebut rupanya mendapat respon positif banyak pihak. Salah satunya, Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo).
Perwakilan dari Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Katon Djoko Soekarsono mengatakan, langkah yang diambil Kementerian BUMN dirasa baik lantaran bisa meningkatkan sistem keamanan teknologi informasi.
“Jika berbicara keamanan dalam sebuah aplikasi tidak secara keseluruhan, akan tetapi terkait dengan bisnis itu sendiri. Misalkan tadi bisa meningkatkan sesuai dengan limitnya, maka sesuai induknya,” kata Djoko di Jakarta, Kamis, 8 Juni 2023.
Baca juga: OJK Masih Investigasi Soal Gangguan Layanan BSI
Menurutnya, hal tersebut terjadi karena ada ketersinggungan dengan berbagai faktor teknis seperti sisi kompleksitasnya. Misalnya saja, kehadiran sisi art management system, cash management system, ATM dan sebagainya.
“Tapi ada satu yang sama yakni ada core banking. Jadi, kalau meningkatkan bisnis dan security sudah pasti. Akan tapi tidak secara keseluruhan, tapi ada ketersinggungan dengan yang lain,” terangnya.
Di lain sisi, Kementerian BUMN juga menginginkan belanja modal atau capital expenditure (capex) BSI untuk pemeliharaan teknologi informasi (TI) turut ditingkatkan. Ini dilakukan sebagai bagian dalam mendukung peningkatan kualitas server BSI, yang setara dengan Bank Mandiri.
“Dari sisi teknologi sendiri kan cukup kompleks ya. Mulai dari endpoint, netbook, channel, aplikasinya, database hingga security dan assessment,” katanya.
Assessment sendiri, kata dia berupa ISO 2721, cyber security maturity, dan digital maturity. Untuk mencapai level itu, harus memiliki tata kelola yang baik. Meski begitu, pemberdaayaan sumber daya manusia (SDM) juga menjadi faktor utama untuk memutus kemungkinan terjadinya serangan siber.
“Harus memperhatikan dari orangnya karena semakin ketergantungan dengan pihak ketiga vendor semakin susah perseroan melakukan kontrol keamanannya,” tandasnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra