Jakarta – Perbaikan hasil kinerja pada kuartal kedua memberikan Manajemen PT Barito Pacific Tbk (BRPT) optimistisme terhadap kinerja bisnis dan keuangan hingga akhir tahun 2020. Perseroan mencatatkan pendapatan bersih dan laba bersih perusahaan masing-masing sebesar USD1,10 miliar dan USD24,38 juta di semester I-2020.
Mengutip keterbukaan informasi perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (29/7/2020). Direktur Keuangan Barito Pacific, David Kosasih mengatakan, sektor petrokimia mencatatkan perbaikan kinerja pada kuartal kedua dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, sedangkan bisnis anak perusahaan di sector energi terus memberikan stabilitas pada perolehan pendapatan dan laba secara konsolidasi.
“Anak usaha kami di sektor petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical mencatatkan pemulihan bisnis yang cukup signifikan di kuartal kedua dibandingkan dengan tiga bulan pertama tahun ini dengan adanya peningkatan permintaan terutama untuk produk polymer seiring dengan meningkatnya aktifitas industri terutama di China dan NEA. Selain itu, penurunan harga naphtha seiring dengan penurunan harga minyak mentah juga berkontribusi terhadap meningkatnya spread bagi produk polymer. Kami berharap kondisi ini dapat terus berlanjut pada paruh kedua 2020,” ucap David.
Sebagai pemimpin pasar dan produsen terkemuka petrokimia di Indonesia, Chandra Asri, sebut David, juga mampu mempertahankan volume produksi dan penjualan di tengah-tengah kondisi usaha yang penuh tantangan dan tetap berkomitmen pada pertumbuhan usaha Chandra Asri saat ini tengah merampungkan pabrik Metil Tert-Butil Ether (MTBE) berkapasitas 127 ribu ton per tahun dan pabrik Butene-1 berkapasitas 43.000 ton per tahun.
“Penyelesaian produk MTBE dan Butene-1 tetap berjalan sesuai jadwal yang direncanakan, yang akan meningkatkan kapasitas produksi Chandra Asri menjadi 4,2 juta ton per tahun dan melengkapi integrasi vertical dari kompleks petrokimia saat ini. Kami juga melihat pasar petrokimia Indonesia di masa mendatang tetap memberikan peluang yang menjanjikan. Rencana kami untuk pembangunan kompleks petrokimia kedua tetap tidak berubah meskipun saat ini mengalami penjadwalan ulang akibat dampak dari pandemic. Dengan selesainya proyek tersebut, kami akan dapat memenuhi kebutuhan domestik dengan lebih baik ” ujar David.
Adapun total aset Barito Pacific hingga kuartal II-2020 menjadi USD7,17 miliar dengan tingkat liabilitas dan ekuitas masing-masing USD4,25 miliar dan USD2,92 miliar.
David menambahkan, kinerja Barito Pacific juga akan dibantu oleh anak usaha di sektor energi terbarukan, Star Energy (SE).
“Star Energy terus memberikan stabilitas bagi kinerja perseroan. Saat ini Star Energy merupakan perusahaan pengelola panas bumi terbesar di Indonesia dengan kapasitas sebesar 875 Megawatt (MW) dan berencana untuk menambah kapasitas sampai dengan 1200 MW dalam 10 tahun mendatang,” jelas David. (*)