Jakarta – Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto menilai keikutsertaan Indonesia dalam kelompok negara BRICS merupakan langkah strategis yang bisa membuka jalur alternatif dalam memperkuat posisi ekonomi Indonesia di tengah tekanan global, termasuk dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat.
“Saya pikir itu membuka jalur yang alternatif. Tapi bagi Amerika itu kan juga tentu kita nggak tahu sikapnya bagaimana. Kok you beralih ke BRIC, gitu kan,” katanya, dinukil Jumat, 25 April 2025.
Menurutnya, keikutsertaan dalam BRICS bukan semata-mata langkah geopolitik, namun juga menjadi saluran penting untuk diversifikasi pasar ekspor Indonesia. Ia menilai Indonesia harus berani memanfaatkan berbagai peluang global untuk menghindari ketergantungan pada pasar tradisional.
“Indonesia perlu diversifikasi pasar. Itu kan perlu. Kita punya kok tool-nya, kenapa kita tidak manfaatkan?” tegasnya.
Baca juga : Jadi Anggota BRICS, Luhut: Pasar RI Kian Besar di Kancah Global
Lebih lanjut, Darmadi mendorong pemerintah dan pelaku usaha untuk fokus pada ekspor produk-produk bernilai tambah tinggi, bukan sekadar komoditas mentah atau produk yang hanya berperan sebagai subkontraktor merek asing.
“Kalau jualannya jangan itu-itu aja. Yang bernilai tinggi dong. Itu di-create value dong. Jangan kita yang buat, merek lain yang ditempel. Tapi produk-produk kita harus bernilai tinggi,” ujarnya.
Ia meyakini bahwa BRICS bisa menjadi salah satu kanal penting dalam strategi tersebut, berdampingan dengan saluran dagang dan investasi yang selama ini telah dijalani oleh Indonesia.
Baca juga : BRICS Kena Tarif Impor AS, Indonesia Terancam Jadi ‘Pasar Buangan’
“Itu hal yang harus dilakukan dan itu lewat BRICS kan juga salah satu saluran,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Indonesia sendiri resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS, kelompok negara yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Informasi ini diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri Brasil pada Senin, 6 Januari 2025.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menyebutkan sejumlah keuntungan yang dapat diraih Indonesia sebagai anggota BRICS.
Salah satunya adalah peluang kerja sama perdagangan melalui perjanjian Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
“Kerja sama dalam bentuk CEPA atau trade agreement akan membuka akses pasar yang lebih besar. Jika dibandingkan dengan G7, BRICS berpotensi memberikan akses yang jauh lebih luas,” jelas Andry.
Selain itu, bergabungnya Indonesia ke BRICS memungkinkan pengembangan sistem pembayaran baru yang tidak bergantung sepenuhnya pada dolar AS. (*)
Editor: Galih Pratama