Defisit dipicu oleh terjadinya missmatch iuran yang masuk dengan klaim. Untuk menutup defisit, tahun lalu pemerintah suntik dana Rp5 triliun. Ria Martati.
Jakarta– Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan diperkirakan masih mencatatkan defisit lagi tahun ini. Seperti diketahui,
BPJS Kesehatan tahun lalu juga masih mencatat defisit sekitar Rp2 triliun. Pasalnya, klaim tercatat Rp 42,65 triliun sementara premi yang masuk hanya Rp 40 triliun.
“Akhir tahun masih ada missmatch Rp 6 triliun,” kata Direktur Komunikasi dan Kelembagaan BPJS Kesehatan Purnawan Basundoro saat konferensi pers di Gedung Merdeka, Jakarta, Selasa 4 Agustus 2015.
Untuk menutup defisit itu, menurutnya pemerintah akan menyuntikkan dana sebesar Rp 5 triliun melalui Penanaman Modal Negara (PMN) tahun ini. Sebagian dana, yaitu Rp 3,5 triliun digunakan untuk kelancaran pelayanan bagi 135 juta peserta, dan Rp 1,5 triliun untuk cadangan pembiayaan untuk dana jaminan sosial (DJS) kesehatan. Untuk itu, BPJS mendorong agar seluruh masyarakat mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS Kesehatan.
” yang daftar dan bayar iuran disiplin, itu sangat diperlukan, yang sehat membantu yang sakit,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BPJS Kesehatan Fahmi Idris menambahkan memang terjadi missmatch karena banyaknya orang yang sakit sehingga membutuhkan klaim yang besar dibandingkan orang yang bayar premi.
“Jadi tahun lalu kita mengeluarkan Rp42,65 triliun untuk melayani hampir 92 juta orang yang datang untuk berobat, 62 juta lebih mereka berkunjung ke puskesmas, 21 juta lebih mereka datang ke rumah sakit, 5 juta lebih dirawat, sementara yang masuk Rp 40 triliun, ada mismatch Rp 2 triliun,” kata dia.
Menurutnya, hingga akhir tahun BPJS Kesehatan memang diperkirakan masih akan menanggung defisit.
“Itu yang diprediksikan, akan ada defisit sebesar itu, kita kelola dengan baik sehingga mismatch bisa dikelola, defisit ya sebesar angka itu,” pungkasnya.