Perbankan

Bos OJK: Perbankan RI Masih Pede Hadapi Dampak Perang Dagang

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap optimistis terhadap kinerja industri perbankan Indonesia di tengah gempuran perang tarif impor Trump 2.0. Optimisme ini disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, yang mengungkapkan keyakinannya bahwa sejumlah target kinerja perbankan tahun 2025 akan tetap tercapai.

Untuk kinerja dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan, Mahendra meyakini pertumbuhannya akan melebihi 5 persen atau mendekati 6 persen. Sementara itu, untuk penyaluran kredit, OJK optimistis target pertumbuhan kredit akan tetap sesuai rencana, yakni sebesar 9-11 persen.

“Untuk kredit, yang tercatat di kami per Maret ini dibandingkan Maret tahun lalu, masih berada di kisaran 9,2-9,3 persen. Jadi, kami tetap confidence dan saat kami berdialog dengan pihak perbankan, kami juga mendapati bahwa dalam rencana bisnis bank, target masing-masing mereka juga masih sama,” ujar Mahendra saat ditemui di Jakarta, Kamis, 24 April 2025.

Baca juga: OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan Tetap Terjaga Baik, Ini Buktinya

Lebih jauh, Mahendra menjelaskan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian RI untuk mendorong penguatan ketahanan industri dalam negeri yang berpotensi terdampak lonjakan tarif impor.

Bersama Kemenko Perekonomian, OJK telah memetakan skema penyaluran kredit untuk sektor-sektor yang rentan terhadap dampak perang dagang, seperti industri tekstil, garmen, alas kaki, elektronik, dan furnitur.

Pemerintah Diimbau Lanjutkan Reformasi dan Perlindungan Pasar

OJK meyakini bahwa upaya pemerintah dalam memperbaiki iklim usaha—seperti mengurangi biaya tinggi, melakukan deregulasi perizinan, dan memperkuat perlindungan terhadap pasar dalam negeri—akan efektif. Langkah-langkah tersebut dinilai dapat menghindarkan pelaku usaha dari beban berlebih serta melindungi mereka dari persaingan tidak sehat, seperti praktik dumping atau impor ilegal.

“Kalau itu dilakukan sebenarnya kita bisa tetap menjaga daya tahan, bahkan bagi industri yang terkena langsung (dampak tarif impor). Sambil tetap memperkuat pasar dalam negeri dan pasar negara-negara lain,” sebut Mahendra.

Baca juga: Industri TPT: Sunrise atau Sunset? Ini Sepenggal Cerita dari Sumbiri Group

OJK juga terus memantau perkembangan negosiasi perdagangan antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat yang saat ini masih berlangsung. Mahendra berharap pemerintah melalui Kemenko Perekonomian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian dapat mengambil langkah-langkah yang bijak dan tepat untuk meminimalkan dampak perang dagang terhadap perekonomian nasional. (*) Steven Widjaja

Yulian Saputra

Recent Posts

Jelang Libur Nataru, Harga Emas Antam, Galeri24 dan UBS Kompak Naik

Poin Penting Harga emas Antam, Galeri24, dan UBS kompak naik pada Rabu 24 Desember 2025… Read More

39 mins ago

Pemerintah Tegaskan Revisi UU P2SK untuk Perkuat Tata Kelola dan Pelindungan Kripto

Poin Penting Pemerintah dan DPR merevisi UU P2SK untuk mengatur aset kripto secara spesifik di… Read More

49 mins ago

Rupiah Dibuka Melemah, Pasar Antisipasi Pelonggaran Kebijakan The Fed pada 2026

Poin Penting Rupiah dibuka menguat 0,11 persen ke level Rp16.769 per dolar AS Pasar mengantisipasi… Read More

2 hours ago

IHSG Berbalik Menguat di Level 8.609 pada Pembukaan Jelang Libur Nataru

Poin Penting IHSG berbalik menguat di pembukaan ke level 8.609,98 dari 8.584,78 Penguatan didukung Wall… Read More

2 hours ago

IHSG Berpotensi Sideways, Ini Katalis Penggeraknya

Poin Penting IHSG berpotensi sideways di kisaran 8.500–8.680 menjelang libur Natal Saham properti koreksi, sektor… Read More

2 hours ago

Genjot Pertumbuhan Kredit Pensiun, Bank Capital Gandeng BCA Digital

Poin Penting Bank Capital menggandeng BCA Digital untuk mengembangkan dan menyalurkan kredit ke segmen pensiunan.… Read More

13 hours ago