Bos IBM Ungkap Sederet Tantangan Perusahaan RI Adopsi Teknologi AI

Bos IBM Ungkap Sederet Tantangan Perusahaan RI Adopsi Teknologi AI

Jakarta – Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah membantu banyak pekerja dari berbagai sektor untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Namun begitu, data dari perusahaan teknologi informasi, IBM, mengungkapkan baru 15 persen perusahaan Indonesia yang menganggap AI sebagai kunci untuk mencapai tujuan strategis.

Mayoritas perusahaan masih melihat AI sebatas salah satu faktor pendukung bisnis. Sementara itu, riset Microsoft bersama LinkedIn menunjukkan bahwa 76 persen pengguna AI memakai akun pribadi ketika mengakses layanan AI generatif, atau hanya 24 persen perusahaan yang menyediakan AI generatif sebagai fasilitas.

Sedangkan riset McKinsey memperlihatkan 55 persen perusahaan dari berbagai vertikal industri menganggarkan tak lebih dari 5 persen anggaran belanja teknologi untuk adopsi AI generatif.

Baca juga: Gak Cuma Pakai Teknologi, Ini Jurus Jitu Bank Hadapi Serangan Siber

Melihat fenomena tersebut, Presiden Direktur IBM Indonesia, Roy Kosasih menyatakan bila ada beberapa tantangan yang menghambat adopsi teknologi AI oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Yang paling utama, menurutnya, adalah kendala teknis.

“Saat saya bicara dengan CEO beberapa perusahaan, bahkan perusahaan besar dari swasta maupun BUMN, itu jawabannya sama. ‘Aduh, saya punya enggak ya orang-orang yang bisa menjalankan (teknologi AI) itu’,” ujar Roy saat acara IBM Ramadan Gathering di Jakarta, Rabu, 12 Maret 2025.

Roy menjelaskan, rancangan modul AI atau use case yang dilakukan dari unit operasi terkecil sampai besar tersebut, memang membutuhkan sumber daya manusia (SDM) dengan kapasitas developing teknologi AI yang baik.

“Jadi, bukan cuma kita ambil dari awal, tapi terus dikembangkan (teknologi AI). Mereka selalu bertanya, apakah kita punya orang-orang IT yang mumpuni, yang tak hanya bisa menerapkan, tapi juga bisa developing, membangun lagi aplikasi-aplikasi baru,” sebutnya.

Lalu, kendala kedua, yakni terkait afordabilitas biaya penerapan, maintanance, serta development dari teknologi AI generatif tersebut. Biaya-biaya operasional teknologi AI itu mencakup infrastruktur atau mesin penunjang, software, hingga koneksi antara AI dengan teknologi cloud untuk mencapai hasil operasional yang lebih efektif.

Baca juga: BCA Beberkan Keuntungan Adopsi Teknologi AI, dari Operasional hingga Layanan Nasabah

“Ini bagaimana supaya bisa menyewa bagian pada cloud tersebut. Jadi, kendala-kendala itu, terutama soal kapasitas talenta dari grup IT di perusahaan, kendala soal harga, dan bagaimana bisa mengembangkannya ke hybrid multi-cloud phase,” terang Roy.

Melalui berbagai program pelatihan dan pendampingan lainnya, pihaknya pun terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), hingga Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk membersihkan hambatan maupun persoalan yang masih menghantui adopsi AI generatif di Indonesia. (*) Steven Widjaja

Related Posts

News Update

Netizen +62