Poin Penting
- Transmisi suku bunga perbankan masih lambat, meski BI sudah memangkas BI Rate sebesar 150 bps sejak September 2024.
- BI dorong percepatan penurunan bunga kredit melalui sinergi kebijakan moneter dan fiskal, termasuk penempatan dana SAL pemerintah di perbankan.
- Potensi kredit belum tergarap optimal, tercermin dari nilai undisbursed loan yang masih tinggi sebesar Rp2.374,8 triliun atau 22,54 persen dari plafon kredit.
Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyatakan penurunan suku bunga perbankan, baik kredit maupun deposito masih lambat, meski BI Rate sudah dipangkas sebanyak 150 basis poin (bps) sejak September 2024.
“Masalahnya adalah bagaimana suku bunga dana pihak ketiga dan suku bunga kredit yang turunnya masih berjalan lambat. Itu yang kami terus untuk dorong tentu saja agar suku bunga kredit bisa turun dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 22 Oktober 2025.
Dorong Perbankan Turunkan Suku Bunga
Perry pun memandang penurunan suku bunga perbankan perlu terus didorong sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh dan penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah di perbankan.
“Sehingga itulah efektivitas transmisi suku bunga maupun juga sinergititas ekspansi likuiditas moneter makroprudensial besar dengan penempatan dana oleh pemerintah di perbankan,” imbuhnya.
Baca juga: BI Masih Buka Ruang Pangkas Suku Bunga Acuan, Ini Pertimbangannya
Menurutnya, penguatan kebijakan insentif likuiditas tersebut, bukan hanya mempercepat penurunan suku bunga kredit, namun juga bisa mendorong pertumbuhan kredit.
“Sinergitas dengan kebijakan fiskal untuk mendorong permintaan kredit agar undisbursed loan bisa digunakan dan kredit ke depan itu bisa ditangkap,” tandasnya.
Adapun fasilitas pinjaman yang belum dicairkan (undisbursed loan) pada September 2025 masih cukup besar, yaitu mencapai Rp2.374,8 triliun atau 22,54 persen dari plafon kredit yang tersedia, terutama pada segmen korporasi dengan kontribusi utama dari sektor perdagangan, industri, dan pertambangan, serta dengan jenis kredit modal kerja.
Perry mencatat suku bunga deposito 1 bulan hanya turun sebesar 29 bps dari 4,81 persen pada awal 2025 menjadi 4,52 persen pada September 2025, terutama dipengaruhi oleh pemberian special rate kepada deposan besar yang mencapai 26 persen dari total DPK bank.
Penurunan suku bunga kredit perbankan bahkan berjalan lebih lambat, yaitu sebesar 15 bps dari 9,20 persen pada awal 2025 menjadi sebesar 9,05 persen pada September 2025.
Baca juga: Tok! BI Tahan Suku Bunga Acuan 4,75 Persen di Oktober 2025
Meski demikian, suku bunga INDONIA maupun pasar uang sudah mengalami penurunan signifikan. Suku bunga INDONIA turun sebesar 204 bps dari 6,03 persen pada awal 2025 menjadi 3,99 persen pada 21 Oktober 2025.
Kemudian, suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan juga menurun masing-masing sebesar 251 bps, 254 bps, dan 257 bps sejak awal 2025 menjadi 4,65 persen, 4,67 persen dan 4,70 persen pada 17 Oktober 2025.
Imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun menurun sebesar 218 bps dari 6,96 persen pada awal 2025 menjadi 4,78 persen pada 21 Oktober 2025, sementara untuk tenor 10 tahun menurun sebesar 132 bps dari tingkat tertinggi 7,26 persen pada pertengahan Januari 2025 menjadi 5,94 persen. (*)
Editor: Galih Pratama









