BNI Salurkan Rp13,37 Triliun untuk Energi Terbarukan, Pendanaan Fosil Terkoreksi

BNI Salurkan Rp13,37 Triliun untuk Energi Terbarukan, Pendanaan Fosil Terkoreksi

Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyatakan penyaluran pembiayaan perusahaan ke sektor minyak dan gas (migas) serta batu bara terus mengalami koreksi. Langkah ini merupakan bagian dari strategi kebelanjutan BNI dalam mendukung komitmen nasional dan global menuju dekarbonisasi.

“Sebagai bagian dari strategi berkelanjutan BNI untuk mengelola eksposur terhadap sektor dengan intensitas karbon tinggi yang sejalan dengan komitmen nasional dan global menuju dekarbonisasi, pembiayaan sektor migas dan batu bara BNI hingga Mei 2025 terus mengami koreksi,” kata Sekretaris Perusahaan BNI, Okki Rushartomo kepada Infobanknews, dikutip pada Senin, 30 Juni 2025.

Di sisi lain, BNI mencatat adanya pertumbuhan poositif dalam pembiayaan sektor energi terbarukan (renewable energy).

Per Mei 2025 pembiayaan hijau BNI tercatat sebesar Rp13,37 triliun, atau setara dengan 18,19 persen dari total portofolio kredit hijau BNI. Angka ini tumbuh 2,9 persen secara year-to-date (YtD).

Baca juga: Transaksi Digital BNI Tembus Rp764 Triliun di Maret 2025

“Pertumbuhan ini ditopang oleh perluasan pembiayaan pada proyek-proyek energi bersih, seperti pembangkit listrik tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, dan biogas,“ jelas Okki.

Okki menilai, potensi pembiayaan di sektor energi hijau ke depannya sangat menjanjikan dan akan terus meningkat. Hal ini didorong oleh kebutuhan akan energi yang lebih bersih dan efisien, serta dukungan kebijakan pemerintah seperti peta jalan Net Zero Emission 2060 dan taksonomi hijau dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Kami juga mencermati meningkatnya kebutuhan pelaku usaha—baik korporasi maupun sektor UMKM untuk memperoleh pembiayaan yang mendukung inisiatif ramah lingkungan,” imbuhnya.

Baca juga: BNI Dukung UMKM Naik Kelas dan Go Global di Hari Kewirausahaan Nasional

Dalam rangka mendukung hal tersebut, BNI terus memperkuat perannya sebagai katalis dalam pengembangan pembiayaan hijau nasional. Ini diwujudkan melalui penguatan berbagai instrumen pendanaan, seperti penerbitan green bonds, serta penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam proses pembiayaan.

BNI Lakukan Uji Ketahanan Risiko Iklim

Adapun sebagai bagian dari pengelolaan risiko iklim, pada 2024 BNI telah melakukan climate risk stress testing (CRST) terhadap 50 persen portofolio kredit.

Langkah itu akan diperluas hingga mencakup 100 persen portofolio kredit pada 2025, sebagai bentuk kesiapan menghadapi potensi risiko perubahan iklim pada masa mendatang.

“Melalui pendekatan tersebut, BNI berkomitmen untuk terus mendukung akselerasi transisi energi di Indonesia secara inklusif dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat ketahanan dan daya saing ekonomi nasional di era ekonomi hijau,” ungkap Okki. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

Top News

News Update